Tab Menu

Minggu, 24 April 2016

ProgMil Part 3 - Konsultasi Awal dengan Dr. Marly Susanti

Pada Progmil part 3 ini, saya akan sharing cerita tentang konsultasi saya dengan dr. Marly di RSIA Hermina, Bekasi.
Sumber: http://pusatpengobatan.com/blog/rsia-hermina-bekasi/

     Sabtu, 23 April 2016, kami membuat jadwal untuk konsultasi dengan dr. Marly. Sebagai informasi, jika Anda ingin konsultasi/periksa ke dr. Marly, sebaiknya Anda membuat janji jauh-jauh hari. Karena berdasarkan pengalaman, saya telah membuat janji sejak hari pertama haid, untuk konsultasi pada hari ke-14, artinya 2 minggu sebelum kedatangan saya ke RS, namun saya sudah mendapat nomor antrian 24. Tidak lupa tanyakan waktu kisaran antrian Anda. Jika saya kemarin, nomor 24 dipanggil sekitar pukul 14.30. Saat saya di tempat pendaftaran, saya juga sempat menanyakan berapa antrian yang ada pada hari itu, jawabnya sekitar 70an orang pasien. *woooow..
     Berhubung tempatnya jauh dari rumah, dan lebih mudah dijangkau jika kami menggunakan commuter line, maka kami ke RS Hermina Bekasi menggunakan commuter line sampai stasiun bekasi, kemudian lanjut naik becak. Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 1 siang dan sampai di RS sekitar pukul 2 siang. Kami menuju Poli Eksekutif, tempat dr. Marly praktik. Pertama, kami mendaftar terlebih dahulu, mengisi formulir, pengukuran berat badan dan tekanan darah. Saya sempat diwawancarai sedikit tentang riwayat kesehatan dan usia pernikahan kami, program apa saja yang sudah kami jalani. Sebagai pasien baru di Hermina, biasanya kami dikenakan biaya untuk penggantian buku catatan pasien. Namun petugas menanyakan apakah saya sebelumnya sudah mempunyai buku catatan seperti itu, maka saya keluarkan buku catatan yang saya miliki dari Morula. Sehingga di RS Hermina saya tidak perlu membayar buku lagi, dan langsung melanjutkan di buku tersebut. Biaya penggantian buku catatan pasien baru sebesar Rp. 25.000.
     Sambil menunggu antrian, di Poli eksekutif ini pasien mendapat snack berupa teh manis dan sepotong kue. Alhamdulillah, lumayan untuk ganjal perut. Kami mengantri sekitar 30 menitan, hingga akhirnya kami dipanggil masuk ke ruangan dr. Marly.
     Seperti biasa, kami sampaikan maksud tujuan kami. Dokter membaca catatan riwayat saya, serta hasil ansper suami yang telah kami sertakan. Perhatian dokter langsung tertuju pada hasil ansper suami. Beliau menyarankan agar rutin mengkonsumsi vitamin yang diberikan dokter, agar hasilnya lebih baik. Kemudian saya diarahkan untuk dilakukan USG. Hanya sedikit yang diucapkan dokter saat USG. Selanjutnya kami dijelaskan urutan atau prosedur jika saya ingin melakukan progmil dengan dr. Marly, yaitu Hysterosalpingogram (HSG) dilakukan oleh bagian Radiologi, pemeriksaan lab, dan Hysteroscopy (HO) atau teropong rahim yang dilakukan oleh dr. Marly sendiri. Kami juga dijelaskan tentang bentuk rahim yang normal seperti apa, kemudian pemeriksaan HO, yaitu dengan memasukkan kamera kecil ke dalam rahim, untuk mengetahui keadaan dinding rahim, bersih atau ada polip, serta proses HSG seperti apa. Tidak ketinggalan kami juga diberikan kisaran biaya setiap tindakan itu, diantaranya:
1. Hysterosalpingogram (HSG) : Rp. 1.241.000 + obat sebelum tindakan (+/- 50.000-100.000)
2. Pemeriksaan Lab : Rp. 3.281.500 (tergantung tes yang dilakukan)
3. Hysteroscopy (HO) : Rp. 1.700.000 jika rahim bersih, jika terdapat polip atau sejenisnya, akan langsung dilakukan tindakan, sehingga biaya menjadi Rp. 2.900.000
Petunjuk Persiapan HSG
Surat Pengantar HSG
Surat Pengantar Pemeriksaan Lab
     Hanya itu yang disampaikan dokter, karena akan lebih banyak dijelaskan oleh petugas yang berada di luar ruangan. Dr. Marly hanya berpesan, bahwa sebelum konsultasi berikutnya, yaitu untuk melakukan HO, maka saya harus sudah melakukan HSG dan pemeriksaan lab. Saya bebas untuk melaksanakan HSG dan pemeriksaan lab di mana saja. Saya juga tidak ada resep obat.
Berikut rincian biayanya:
1. Poli Eksekutif Konsultasi Dr Subspesialis Obsgyn : Rp. 292.000
2. USG Transvaginal : Rp. 125.000

     Sebagai pengalaman saya dengan dr. Marly, kebetulan saya bisa konsultasi tepat pada hari ke-14 dari pertama haid. Karena menurut beberapa orang, dengan USG transvaginal akan dapat terlihat bentuk/ukuran sel telur saya. Namun saat saya konsultasi kemarin, sama sekali tidak disinggung masalah itu. Saat saya tanyakan perawat yang menjelaskan pada saya di luar ruangan, dijawab bahwa jika tidak ada yang disampaikan oleh dokter, maka hal itu sehat/normal. Sedangkan jika ditemukan hal-hal yang tidak normal, maka akan disampaikan. Padahal saya sudah bertanya saat dilakukan USG, namun dokter berkata bahwa nanti akan dijelaskan di meja, hingga akhirnya dokter tidak menjelaskannya. Sebaiknya, entah baik atau jelek dokter tetap menyampaikannnya, agar pasien itu tahu kondisinya.
     Yaaa semoga hasil pemeriksaan-pemeriksaannya nanti bagus semua, sehingga bisa lanjut pada tahap progmilnya.
Terima kasih sudah membaca sharing progmil saya, semoga bermanfaat dan nantikan sharing progmil saya berikutnya.

Jumat, 22 April 2016

Dwilogi Padang Bulan ~ Andrea Hirata

Novel

Novel Pertama

Padang Bulan

Andrea Hirata
Bentang Pustaka
Maret 2011

     Melalui pergolakan nasib seorang peremuan dan huru-hara kecemburuan, Andrea Hirata kembali memilih sudut pandang yang tidak terduga untuk menampilkan kisah yang inspiratif tentang kegigihan karakter-karakter di dalam novelnya. Novel Padang Bulan bermula dari kisah seorang gadis kecil berusia 14 tahun, Enong namanya, yang sangat gemar pada pelajaran bahasa Inggris, namun secara mendadak terpaksa harus berhenti sekolah dan mengambil alih seluruh tanggung jawab keluarga. Tersambung pada sekuel novel ini adalah Cinta di Dalam Gelas, yang menuturkan perjalanan nasib anak perempuan kecil itu. Melalui gaya khasnya: menertawakan kepedihan, memarodikan tragedi, mengkritik tanpa menjadi sarkastik, kisah Enong menjadi seperti panggung di dalam lembaran-lembaran kertas. Membaca novel ini seperti melihat sebuah gambar.
     Dengan menceritakan kisah Enong seperti sebuah epos, Andrea berhasil memperlihatkan kepada pembaca kekuatan-kekuatan besar yang tersembunyi di dalam diri manusia, kekuatan yang sering tidak disadari seseorang berada di dalam dirinya, Enong jatuh, bangun, jatuh lagi, dan bangun lagi. Kisah Enong tidak sekedar kisah sebuah keluarga yang sederhana, namun tentang impian seorang anak kecil, tentang keberanian menjalani hidup dan tentang seorang lelaki yang menjadi berantakan karena tragedi cinta pertama.
     "Cemburu adalah perahu Nabi Nuh yang tergenang di dalam hati yang karam. Lalu, naiklah ke geladak perahu itu, binatang yang berpasang-pasangan: perasaan tak berdaya-ingin mengalahkan, rencana jahat-penyesalan, kesedihan-gengsi ...," kata lelaki itu.

Salman Faridi

Novel Kedua

Cinta di Dalam Gelas

Andrea Hirata
Bentang Pustaka
Maret 2011

     Sebagai kelanjutan dari kisah Enong di novel Padang Bulan, novel Cinta di Dalam Gelas menceritakan perjalanan nasib Enong. Ia kemudian berurusan dengan preman pasar pagi, seorang lelaki yang bercita-cita menjadi teknisi antena parabola, dan seorang grand master perempuan tingkat dunia berasal dari Georgia. Bagaimana pula presiden perempuan Republik Indonesia, Kapten CHIP, dan dua ekor burung merpati tersangkut dalam urusan ini?
     Novel Cinta di Dalam Gelas menampilkan kisah catur dan kebiasaan-kebiasaan unik orang Melayu kampung pada permukaannya. Namun, jika bersedia membongkar lebih dalam, dapat dimaklumi bahwa Andrea Hirata telah melalui waktu bertahun-tahun untuk melakukan riset sosial dan kultural serta watak manusia dalam hubungannya dengan lingkungan. Riset itu termasuk tentang catur. Namun novel ini sesungguhnya bukanlah tentang catur, melainkan tentang bagaimana seorang perempuan menegakkan martabatnya dengan cara yang sangat elegan, tentang perspektif politik kaum marginal, dan tentanf falsafah pendidikan yang dianut perempuan itu.
     "Berikan aku sesuatu yang paling sulit, aku akan belajar," kata perempuan yang bahkan tidak tamat SD itu. Melalui perempuan itu pula penulis novel berkesimpulan bahwa belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan. Ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan. Belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang bukan penakut.

Salman Faridi

Bumi - Bulan ~ Tere Liye

Fiksi/Novel

Buku Pertama

BUMI

Tere Liye
Gramedia Pustaka Utama
Januari, 2014
440 hlm; 20 cm

Namaku Raib, usiaku 15 tahun, kelas sepuluh. 
Aku anak perempuan seperti kalian, adik-adik 
kalian, tetangga kalian. Aku punya dua kucing, 
namanya si Putih dan si Hitam. Mama papaku 
menyenangkan. Guru-guru di sekolahku seru. 
Teman-temanku baik dan kompak.

Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu 
hal. Sesuatu yang kusimpan sendiri sejak kecil. 
Sesuatu yang menakjubkan.

Namaku Raib. Dan aku bisa menghilang.


Buku Kedua

BULAN

Tere Liye
Gramedia Pustaka Utama
Maret, 2015
400 hlm; 20 cm

Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh. Dia sama seperti
remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan
lagu-lagu yang sama, pergi ke gerai fast food, menonton serial
drama, film, dan hal-hal yang disukai remaja.

Tetapi ada sebuah rahasia kecil Seli yang tidak pernah diketahui
siapa pun. Sesuatu yang dia simpan sendiri sejak kecil. Sesuatu
yang menakjubkan dengan tangannya.

Namanya Seli. Dan tangannya bisa mengeluarkan petir.


Nantikan cerita selanjutnya dalam buku ketiga, Matahari.
Seri berikutnya klik di sini

The Magic Thief - Sarah Prineas

 Fiksi/Novel

Buku 1

The Magic Thief - Pencarian Batu Sihir

Sarah Prineas
Bhuana Ilmu Populer, 2008

Jangan pernah mencopet penyihir!
Conn seharusnya mati pada saat dia mencopet locus magicalicus Nevery - sebongkah batu yang digunakan untuk memfokuskan dan menghasilkan sihir. Tapi untuk beberapa alasan, dia tidak mati! Karena penasaran, Nevery mengangkat Conn menjadi murid sihirnya. Syaratnya, bocah itu harus bisa menemukan locus magicalicus-nya sendiri dalam waktu tiga puluh hari. Sanggupkah Conn memenuhi syarat itu?

Buku 2

The Magic Thief - Menyelamatkan Sihir (Lost)

Sarah Prineas
Bhuana Ilmu Populer, 2009

Jangan pernah mencampur api dengan sihir!
Sebenarnya Conn tahu mencampur api dengan sihir itu berbahaya. Kata Nevery, campuran itu bisa meledak. Lagipula ada masalah gawat yang perlu ditangani, yaitu mekhluk jahat yang menyerang Wellmet. Tapi Conn keras kepala. Setiap kali membuat ledakan, dia mendengar bisikan yang membuatnya penasaran. Karena tidak ada yang peduli, dia bertindak sendiri. Perjalanan mempertemukannya dengan raja sihir yang sangat kuat, bahkan melebihi imajinasinya.

Buku 3

The Magic Thief - Sihir Dalam Bahaya (Found)

Sarah Prineas
Bhuana Ilmu Populer, 2010

Jangan pernah meremehkan naga!
Menyelinap keluar dari penjara tdaklah mudah, kecuali kau adalah pencopet atau penyihir. Untungnya, Conn adalah pencopet sekaligus penyihir! Masalahnya, setelah keluar dari penjara, dia harus ke mana? Rumahnya sudah rata dengan tanah akibat ledakan sihirnya, Nevery sedang marah, dan Conn diasingkan. Tapi predator jahat akan menghanncurkan Wellmet, dan Conn harus menumpasnya. Tiba-tiba, sesosok bayangan yang melebihi imajinasinya muncul. Apakah Conn cukup berani untuk menjawab panggilan sihir, atau dia hanyalah seorang pencopet biasa?

Dijamin seru, selamat membaca...

Minggu, 17 April 2016

ProgMil Part 2 - Analisa Sperma

Pada sharing progmil kedua ini, saya akan berbagi tentang tes yang dilakukan oleh suami saya.

     Setelah beberapa pertimbangan dan tanya sana sini, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan progmil kami di Morula. Kami mendapat rekomendasi ke Dr. dr. Indra G. Mansur, DHES. Sp. And dan dr. Marly Susanti, Sp. OG, K.FER. Saya juga mencari tahu profil keduanya dan sudah banyak kah yang berhasil melakukan progmil dengan mereka melalui internet. Akhirnya kami memilih kedua dokter tersebut. Sebenarnya saya juga bisa langsung berkonsultasi ke dr. Indra, namun saya merasa kurang nyaman jika dokter kandungan saya laki-laki. Untuk itu, untuk konsultasi dan pemeriksaan suami di dr. Indra, sedangkan untuk konsultasi dan pemeriksaan saya ke dr. Marly.
  
Sumber: http://www.budhijaya.co.id/

     Kemarin, 16 April 2016 pagi, sekitar pukul 7.00 kami berangkat dari kawasan Pasar Minggu, menuju RSIA Sayyidah di daerah Pondok Kelapa Jakarta Timur. Berdasarkan referensi yang kami dapat, pada hari Sabtu dr. Indra praktik di rumah sakit tersebut. Pada hari Senin sebelumnya, suami menelepon pihak rumah sakit untuk mendaftar atau membuat janji.
Sumber: http://id.dokdokter.com/id/medicalcenter/-51/profile
     Kami sampai di rumah sakit tersebut sekitar pukul 8.15. Saat masih di Morula, kami sempat diberi tahu bahwa untuk melakukan analisis sperma (ansper) harus dilakukan pada pagi hari, sekitar sebelum pukul 10. Namun sesampai di rumah sakit, kami diberi tahu bahwa kami sudah kesiangan. Seharusnya kami datang paling siang jam 7, jika tidak hasil baru bisa diambil keesokan harinya. Rasanya langsung lemas. Kami sudah terburu-buru dan cukup lelah karena jarak yang kami tempuh cukup jauh, ditambah lagi kami hanya mengendarai sepeda motor. Akhirnya kami sedikit memelas, membujuk agar suami tetap bisa melakukan ansper pagi itu juga. Setelah ditanyakan ke bagian laboratorium, akhirnya kami diijinkan. Ohya, kok bisa kami langsung datang ke rumah sakit itu untuk melakukan ansper, padahal kami belum menemui dr. Indra? Karena kami menggunakan rujukan dari dokter dari Morula. Walaupun begitu, mereka tidak meminta surat kami :-)
     Setelah mengisi form pendaftaran, kami menuju ke laboratorium di lantai 2 dengan membawa form pemeriksaan laboratorium yang diberikan di bagian pendaftaran tadi. Di laboratorium, suami mengisi beberapa data/identitas. Kami bertanya pada bagian laboratorium, berapa lama pengerjaan untuk hasil ansper ini? karena kami membutuhkan hasilnya pada siang harinya, dikarenakan dr. Indra praktik pukul 2 siang, sedangkan kami mendapat urutan nomor 2. Setelah dia sedikit berbelit dan kami desak, dia menjawab sekitar 1 jam pengerjaan (aduuh..dari tadi jawabnya muter-muter. dipendaftaran tadi juga seperti itu). Jadi, pukul 2 siang nanti kami sudah bisa mengambil hasilnya, dan membawanya ke dr. Indra untuk dikonsultasikan.
     Kemudian kami di arahkan ke sebuah ruangan berukuran 2,5 x 3 meter yang di dalamnya terdapat sebuah tempat tidur, washtafel, pendingin ruangan/AC, serta terhubung langsung dengan kamar mandi pribadi. Kami diberi sebuah toples kecil dimana didalamnya terdapat gelas kaca yang ukurannya tentu lebih kecil dan ditutup dengan aluminium foil untuk tempat penampungan sperma yang telah dikeluarkan. Ditambah fasilitas pula handuk dan shampoo untuk mandi setelahnya (seperti hotel saja). Tidak lupa pihak lab berpesan, bahwa kami harus mengingat waktu keluar si sperma. Mungkin dikarenakan si sperma tidak bisa bertahan lama hidup diluar tubuh.
     Sperma yang dikeluarkan suami melalui masturbasi,sekitar pukul 8.50, kemudian ditampung di gelas tadi. Kami sempat berpikir, bahwa tidak biasanya sperma yang dikeluarkan jumlahnya segitu. Kami belum pernah menampung sebelumnya, namun feeling kami biasanya bisa lebih banyak dari itu. Sedangkan indikator normalnya adalah 2 ml.
     Setelah cairan sperma kami serahkan pihak lab, kami tetap berada disana, menunggu hingga hasilnya selesai. Kami tidak mungkin untuk pulang kembali ke rumah, karena jaraknya yang cukup jauh.
     Dan waktu pengambilan pun tiba, sekitar pukul 2 siang, sebelum kami mengantri ke dr. Indra, kami mengambil hasil ansper suami ke lab. Kami belum tahu bagaimana bentuk/susunan hasil dari ansper itu sendiri. Ketika kami diberi kertas hasilnya, kami langsung melihat hasil dan perbandingan normalnya. Semua normal dan bagus, tanpa melihat nama dari hasil lab tersebut. Kami langsung menuju pendaftaran lagi, untuk menyerahkan hasil ansper suami dan disatukan dengan berkas suami yang lain. Saat suami duduk, saya meminjam hasil ansper lagi untuk saya baca-baca. Dan terkejut, karena hasil tersebut bukan milik suami. Tapi milik pasien lain. (kok bisa?) Langsung suami menuju pendaftaran lagi, untuk mengecek apakah hasil yang ada pada mereka sama. Dan ternyata benar, hasilnya tertukar. Suami menukar kembali hasil ansper ke lab. Saya sudah merasa ada yang kurang baik dari awal.
     Tidak lama, kami dipanggil dan masuk ke ruangan dr. Indra. Kami sampaikan maksud kami, dokter mengecek hasil ansper suami, dan ternyata... hasilnya cukup kurang baik.
- Jenis pergerakan spermatozoa: bergerak lurus --> cepat : 5 % (N: 25%)
- Pergumpalan spermatozoa : positif +++++ (N: Negatif dan Positif 1)
Suami sempat di periksa sebentar, saya kurang tahu karena mereka masuk ke sebuah sudut ruangan yang dikelilingi oleh korden.
     Kemudian suami diberi resep vitamin yang harus diminum selama 1 bulan, dan setelah obat tersebut habis, suami supaya melakukan ansper ulang, untuk melihat hasilnya kembali,lebih baik atau tidak. Baru kemudian akan dilakukan tindakan berikutnya. Untuk pemeriksaan pertama, cukup kaget, menguras tenaga dan perasaan. Tapi tidak apa, sabar, inilah usaha. Semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik.

Sebagai informasi, berikut rincian biaya di RSIA Sayyidah:
1. Administrasi Pendaftaran Pasien 0,-
2. Biaya Laboratorium: Analisis Sperma Lengkap Rp. 475.000,-
3. Biaya Tindakan: Konsultasi dr. Indra Rp. 285.000,-

     Kami tidak menebus resep obat/vitamin di RS tersebut, karena setelah kami meminta rincian biaya, mencapai sekitar 2,4 jutaan. Kami sempat berkenalan dengan sepasang pasien lain yang sudah lama berobat dan berkonsultasi di RS tersebut, mereka menganjurkan untuk tidak menebus resepnya disana. Mereka juga memberi saran tempat yang menjual obat dengan harga yang lebih miring dari harga di RS. Dan benar saja, hari ini kami pergi ke Pasar Pramuka, di sana pusatnya obat-obatan dan alat kesehatan. Harga yang mereka tawarkan adalah harga grosir, sehingga resep kami bisa ditebus dengan harga sekitar 1,2 juta.
     Sekian sharing promil part 2, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi orang lain, dan nantikan tulisan saya berikutnya. Minggu depan, saya akan sharing tentang konsultasi saya ke dr. Marly.

Minggu, 10 April 2016

ProgMil Part 1

     Mungkin bagi yang sudah membaca posting-an saya sebelumnya, sudah mengetahui berapa lama saya telah menikah. Yaa.. pada bulan April ini, pernikahan saya dengan suami sudah memasuki usia 2,5 tahun. Sedangkan masih saja proposal anak yang kami ajukan kepada Sang Pencipta belum juga di acc oleh-Nya, alias belum ada buah hati disela-sela kehidupan pernikahan kami.
     Nah, pada posting-an saya kali ini, saya ingin berbagi tentang pengalaman program hamil (ProgMil) yang sedang saya lakukan. Dari awal usia pernikahan kami, kami tidak pernah menunda kehamilan, atau bahkan menggunakan alat kontrasepsi apapun. Saya pun juga belum pernah hamil sebelumnya.
     Keinginan kami untuk punya anak sangat besar, terlebih saya sebagai perempuan. Tapi suami selalu menguatkan. Meskipun dia juga sangat ingin untuk mempunyai keturunan dari hasil pernikahan kami, tapi dia tidak pernah menuntut saya.
    Selama kurang dari 2,5 tahun kami sudah pernah berkunjung ke Dokter kandungan sebanyak 4 kali. Terhitung 2 kali ketika masih di Blitar dan 1 kali ketika saya mengunjungi suami di Jakarta. Saat itu, 3 kali kunjungan itu saya lakukan saat usia pernikahan masih belum genap 10 bulan. 2 kali di Blitar, hanya intensif menyorot keputihan yang pernah saya alami. Dan hingga 2 kali kunjungan, keputihan yang saya alami juga belum kunjung sembuh total. Pertanyaan saya saat itu, kapan saya bisa konsultasi kehamilan? Akhirnya saya tidak melanjutkan pengobatan ke Dokter tersebut.
     Pada usia pernikahan 7 bulan (Mei 2014), saat itu saya sedang mengunjungi suami di Jakarta. Saudara di Jakarta sudah mulai menanyakan, sudah periksa atau belum, kenapa sampai sekarang belum hamil juga. Dan kami jawab apa adanya. Akhirnya kami didesak untuk segera periksa dan konsultasi ke Dokter. Pergilah kami ke RS JMC di daerah Warung Buncit. Kami datang kemudian langsung mendaftar dan mendapat nomor antrian. Kami berangkat dari rumah selepas sholat Magrib, karena Dokter tersebut buka praktik jam 18.30. Sebelum jam praktik buka, kami sudah sampai di RS tersebut. Saya menunggu Dokter tersebut dengan perasaan cukup gugup. Namun Dokter tersebut baru datang sekitar jam 19.20. OK, gak masalah. Tinggal nunggu antrian.
     Tidak sampai 30 menit setelah kedatangan sang Dokter, kami pun di panggil. Saya dan suami masuk ke ruang praktik Dokter tersebut berdua. Seperti biasa, kita masuk langung disambut oleh Dokter dengan pertanyaan "Yaa.. Ada apa ini, ada masalah apa?". Kami pun menjawab ingin ProgMil. Kemudian sang Dokter bertanya kembali "Sudah menikah berapa lama?". Kami menjawab 7 bulan. Sang Dokter tertawa "Aaah masih 7 bulan. Nanti saja kembali lagi kalau sudah 2 tahun.". Saat itu juga, rasanya seperti dijatuhkan dari ketinggian. Mungkin dari pandangan Dokter kandungan, itu hal biasa jika masih usia dibawah 1 tahun belum kunjung hamil. Tapi bagi saya tidak. Seseorang akhirnya memutuskan untuk menikah, salah 1 tujuannya adalah karena ingin mempunyai keturunan. Dengan mudahnya Dokter tersebut mengatakan itu. Hal itu langsung menjatuhkan mental saya.
     Namun, agar kedatangan saya di sana tidak sia-sia, akhirnya saya di USG menggunakan Transvaginal ultrasound. USG jenis ini juga baru pertama kali saya lakukan. Bagi yang belum mengetahuin apa itu Transvaginal ultrasound, bisa gugling :-) Selanjutnya saya masih berharap Dokter mau menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Namun jawabannya selalu "Itu sudah termasuk treatment." Dokter hanya menjelaskan bahwa di rahim saya tidak ditemukan hal-hal yang mencurigakan seperti kista, miom, dan lain sebagainya.
     Sepulang dari RS, saya cukup kecewa dengan tanggapan dari Dokter. Hingga akhirnya pengalaman tidak menyenangkan itu membuat saya trauma pergi ke Dokter Kandungan hingga terakhir bulan Maret kemarin.

     Beberapa bulan yang lalu, di kantor suami diadakan Health Talk. Suami mendapat door prize dari penyelenggara, yaitu Morula IVF, salah satunya berupa voucher konsultasi dan USG dengan Dokternya di sana. Kami baru memutuskan untuk pergi ke Morula awal bulan Maret kemarin. Itupun setelah menunggu cukup lama.

Sumber: http://www.morulaivf.co.id/

     Pada akhir bulan Februari 2016, kami memutuskan untuk mulai memeriksakan kesehatan reproduksi kami. Sebagai langkah awal, kami ingin menggunakan voucher yang telah kami miliki. Sayang jika tidak digunakan. Kami hanya mengetahui sekilas tentang Morula. Yang kami tahu juga, tidak sedikit orang yang berhasil hamil dengan melakukan ProgMil di Morula. Kami tidak mengetahui berapa biaya atau kategori biaya di sana.
    Dengan keterbatasan informasi, kami pergi ke sana. Mendaftar dan menanyakan Dokter wanita siapa saja yang sedang praktik. Kami memilih salah satu diantaranya. Hanya mengantri beberapa saat. Padahal di sana banyak sekali orang yang sedang mengantri, kebanyakan diantaranya antri diperiksa. Pikir saya, biasanya kalau Dokter yang pasiennya sedikit itu kurang favorit (*menurut pemikiran saya sendiri). Tapi tidak mengapa.. Jika kami cocok dengan Dokter dan biaya disana, akan kami lanjutkan, namun jika tidak cocok, maka kami akan pindah ke tempat lain.
     Seperti biasa, sambutan pertama kali Dokternya sama seperti sebelumnya. Ditanya "Mau ngapain  & berapa lama nikah". Tidak panjang lebar, saya langsung diminta untuk dilakukan USG Transvaginal lagi. Dan lagi-lagi jawabannya masih sama. Dikatakan rahim saya bersih, tidak ditemukan hal-hal yang mencurigakan atau berbahaya. Kemudian saya diberi pengantar untuk melakukan Hysterosalpingogram (HSG), intinya tujuan HSG ini untuk mendeteksi apakah saluran tuba saya normal (terbuka) atau tidak (tersumbat, lengket, atau sejenisnya) dan resep vitamin. Sedangkan untuk suami diberi pengantar untuk melakukan Analisis Sperma (Ansper).
     Dalam konsultasi kali ini berlangsung cepat, karena dikatakan dari hasil USG rahim saya bersih. Dan untuk langkah berikutnya, kami harus melakukan HSG dan Ansper. Kemudian sebelum kami menuju ke kasir, kami diarahkan ke suatu bagian, saya lupa tempat itu bagian apa. Di sana dilakukan pengecekan berkas/apa saja yang diberikan Dokter untuk saya. Di sana pula akan dijadwalkan kapan saya akan melakukan HSG dan juga Ansper untuk suami. HSG dilakukan antara hari ke-9 sampai hari ke-12 dari awal menstruasi, sedangkan untuk Ansper bisa dilakukan kapan saja, dengan syarat tidak boleh berhubungan suami istri selama 3-5 hari, dan dilakukan pada pagi hari sekitar jam 8-9. Namun sebelum dijadwalkan, kami menanyakan berapa kisaran biaya untuk tes tersebut. Saya lupa untuk biaya HSG di Morula (RS Bunda Jkt), sedangkan jika biaya Ansper sebesar Rp 350.000. Kemudian setelah setelah saya dan suami berunding, kami memutuskan untuk tidak dijadwalkan melakukan tes di sana dengan alasan tes tersebut tersebut terlalu mepet dan bertepatan dengan hari kerja. Selain itu, kami juga pertimbangan dengan biaya yang tidak sedikit.
     Kemudian di Apotek, kami juga tidak menebus resep dari Dokter. Kami langsung menuju kasir. Berikut rincian biaya dari konsultasi yang telah kami lakukan di Morula:
1. Clinic Administration Fee Rp 60.000
2. New Patient Additional Fee Rp 35.000
3. Patient Medication Record Book Rp 25.000
4. Consultation and Treatment Fee Rp 475.000
Kami hanya dikenakan biaya sebesar Rp 120.000, karena pada point ke-4, kami menggunakan voucher yang telah saya sebutkan di atas.

    Jadi kesimpulan konsultasi Progmil kami yang pertama Alhamdulillah rahim saya bersih, dan bisa lanjut ke HSG dan Ansper

Jangan lupa ikuti sharing progmil saya selanjutnya.