Tab Menu

Selasa, 31 Januari 2017

ProgMil Part 10 - Hidrotubasi II

     Hari ini, saatnya saya kembali ke dokter untuk melakukan hidrotubasi kedua. Jam 4 tepat, kami sudah sampai di RS Hermina Depok. Setelah melakukan pendaftaran, tak lupa saya mengambil hasil uji alergi di Laboratorium, masih di lantai 2. Kemudian daftar ulang di poli kebidanan umum di lantai 3. Seperti biasa saya di tensi  tekanan darah dan timbang berat badan.
     Sambil menunggu dokter yang baru datang jam 5 sore, padahal harusnya dokter praktik jam 4 sore, saya mencoba membaca hasil uji alergi saya. Alhamdulillah hampir semua pengujian, saya negatif, hanya saja ternyata saya ada alergi dengan tungau debu. Meskipun selama ini tidak pernah sampai mengganggu aktifitas saya. Jadi saya tidak perlu pantangan makanan-makanan tertentu. Saya hanya harus mengurangi dan menghindari makanan yang meningkatkan kolesterol. (*begitu pula yang dikatakan oleh dokter)
Hasil Uji Alergi
     Jam 5 tepat dokter baru datang. Saya langsung dipanggil oleh asisten dokter untuk dibantu memasukkan obat anti nyeri ke an*s saya. Kemudian saya diminta menunggu sekitar 3 antrian, sambil menunggu reaksi obat, supaya pada saat tindakan tidak mengalami sakit/nyeri.
     Giliran saya pun tiba, setelah masuk ruangan saya langsung diminta untuk persiapan hidrotubasi. Seluruh persiapan ini dibantu oleh asisten dokter. Sebelum tindakan dimulai, ternyata dokter mengetahui bahwa saya sedang keputihan. Katanya hal itu normal dialami setelah melakukan hidrotubasi. (*mulai keputihan terus menerus setelah hidrotubasi yang pertama minggu lalu) Saya hanya diminta untuk menggunakan obat yang sudah diberikan.
     Hidrotubasi pun dimulai. Entah kenapa prosesnyaa lebih lama dari pada hidrotubasi pertama. Mules,, sedikit saja. Setelah selesai tindakan, dilanjutkan konsultasi. Dimana kami diminta untuk kontrol kembali saat haid hari ke-2 atau ke-3 berikutnya, yang nantinya akan diberikan obat penyubur. Bulan depan ini akan dicoba secara alami dulu (*semoga dengan cara alami saja, saya bisa langsung hamil, tanpa harus inseminasi), karena jika bulan depan ini gagal secara alami, maka bulan berikutnya, yaitu sekitar bulan Maret, kami harus melakukan inseminasi yang sebelumnya harus dilakukan infus Gamaras untuk menurunkan ASA saya. (untuk mengingatkan kembali rencana program saya, bisa di klik di sini)
Rincian biaya kontrol hari ini:
1. Konsultasi Dr. Sub Obsgyn Dr. Marly : Rp 297.000
2. Hidrotubasi - Eksekutif : Rp 704.000

     Ada satu PR yang diberikan dokter untuk suami, yaitu PR klasik menurunkan berat badan. Obesitas dikatakan dapat menurunkan kualitas sperma yang dihasilkan, makanya suami harus bisa menurunkan berat badan, dengan cara mengatur pola makan dan olahraga minimal 3 kali seminggu. Memang susah siiih, tapi harus dilakukan demi kebaikan bersama.
     Dari pengalaman Hidrotubasi saya yang pertama, saya hanya merasa sedikit mules saat tindakan. Setelah itu tidak sakit sedikitpun. Flek sedikit, itu normal. Tapi untuk hidrotubasi kedua ini, saya tidak merasakan apa-apa saat tindakan, tapi pada saat perjalanan pulang dari RS, hingga keesokan harinya, perut terasa kaku. Dipegang pun sakit, tapi belum muncul flek. Baru setelah 3 hari muncullah flek (*edit). Sempat tanya ke dokter, itu masih normal karena pengaruh hidrotubasi. Reaksi seseorang itu bisa beda-beda, seperti yang saya alami sekarang.
     Hanya itu saja cerita saya hari ini. Saya akan kembali bercerita setelah saya kembali kontrol ke dokter sekitar minggu depan. Terima kasih telah membaca dan semoga bermanfaat.. Semangaaat...

Senin, 30 Januari 2017

ProgMil Part 9 - Diathermy

     Kali ini saya akan bercerita tentang terapi diathermy/diatermi yang saya lakukan. Sebelumnya, apa itu diatermi? Diatermi berasal dari kata "Dia" yang berarti dalam tubuh dan "Therm" yang berarti panas. Jadi Diatermi adalah pemanasan si dalam bagian tubuh untuk penyembuhan penyakit. Sedangkan alat/pesawat diatermi adalah suatu alat elektromedic yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit tertentu dengan cara menggunakan efek panas. Untuk lebih detailnya informasi tentang diatermi, bisa klik di sini.
Alat Diatermi
Source: http://materi-sehat.blogspot.co.id/2011/07/diatermi.html
     Kita lanjut pengalaman yang saya alami yaaa... Saya diminta dr. Marly untuk terapi diatermi SWD selama 20 menit, sebanyak 7 kali yang harus dimulai tanggal, 23 Januari 2017 kemarin. Serta saya diminta untuk injeksi obat Ceftriaxone sebanyak 7 kali, dan ada 2 macam obat yang diminum. Sesuai rencana awal, saya akan terapi pada malam hari, karena menunggu suami pulang kerja. Namun, pada pagi hari dimana saya seharusnya akan berangkat terapi, saya baru sadar bahwa hari Sabtu, tanggal 28 Januari adalah tanggal merah. Banyak RS yang bagian Fisioterapinya tidak buka. Alhasil pagi-pagi sms asisten dr. Marly. Tidak terkirim. Fine. Akhirnya telepon ke RS Hermina Depok, konsultasi ke perawat siapa saja di poli kebidanan umum, karena asistennya sedang tidak piket. Dia janji akan meneruskan ke asistennya. Saya menanyakan "apakah terapi diatermi saya boleh bolong 2 kali? Jika tidak, apakah jadwal terapi saya boleh mundur minggu depan?" Dan jawabannya, saya tetap diminta untuk terapi sesuai dengan jadwal, tidak boleh bolong sebanyak 2 kali, hanya boleh bolong 1 kali. Saya juga diminta untuk cari RS yang Fisioterapinya buka pada hari Sabtu dan Minggu ini. Karena di RS Hermina Depok juga tutup.
     Rempong berlanjut, saya pun mengganggu kerja suami. Saya minta tolong dia untuk telepon beberapa RS, menanyakan hal di atas. (*bentar-bentar, rencana saya akan terapi di RS JMC, mengingat lokasinya yang cukup dekat dengan tempat tinggal saya. Kalau ke Depok terlalu jauh, ditambah lagi pasti macet pada pagi dan sore hari) Suami telepon ke RS JMC, RS Siaga, RS Hermina Bekasi, dan RS Hermina Jatinegara, didapatlah informasi bahwa RS JMC dan RS Siaga setiap Minggu dan libur nasional tutup. Sedangkan RS Hermina Bekasi Sabtu ini buka, serta setiap Minggu juga buka jam 8-12 siang. RS Hermina Jatinegara libur nasional tutup dan Minggu tetap buka jam 8-1.30 siang.
     OK, berarti saya hari Sabtu dan Minggu tetap bisa terapi. Hari Senin-Jumat terapi di RS JMC, Sabtu di RS Hermina Bekasi, Minggu di RS Hermina Jatinegara (*lebih depat daripada harus ke Bekasi lagi). Berhubung obat antibiotik itu harus diinjeksikan secara teratur, jika mengejar hari Sabtu dan Minggu yang siang, otomatis saya tidak bisa terapi pada malam hari. Saya harus berangkat sendiri selama 5 hari. Berikut ini, beberapa hal yang saya alami di setiap harinya:

Hari Pertama:
     Drama yang cukup panjang 😁
     Pada hari pertama ini saya ada satu resep yang belum saya tebus, karena saat saya tebus di RS Hermina Depok, stoknya sedang kosong. Akhirnya sebelum saya berangkat ke RS JMC, saya harus membelinya dulu, yang ternyata itu adalah Wing Needle No 25, sangat jarang ditemukan di apotek-apotek umum. Setelah beberapa apotek saya masuki, diberi tahulah oleh petugasnya untuk ke apotek Aji Waras di Cilandak, atau apotek-apotek RS. Berhubung lokasi apotek Aji Waras ini berlawanan arah dengan tujuan RS saya, saya langsung saja berangkat ke RS. Berharap di sana ada, atau jika tidak, mungkin bisa diganti dengan yang lain.>
Wing Needle No 25
     Sampai di RS JMC, saya langsung daftar untuk ke Fisioterapi. Saya ditanya apakah sudah ada pengantar, saya sodorkan pengantar yang saya bawa dari dr. Marly. Pengantar itu terdiri dari 2 lembar, yaitu 1 untuk diatermi, 1 untuk injeksi antibiotik. Berhubung saya tidak paham juga dengan isinya, saya meng-iyakan saja ketika hanya didaftarkan ke fisioterapi. Kemudian saya langsung menuju ruang fisioterapi di lantai 2. 
Surat Pengantar untuk Diatermi & Injeksi Obat
     Sekitar jam 10 saya masuk ruangan dan tidak ada yang mengantri, sehingga saya langsung ditangani. Bagian perut saya dipanaskan dengan alat diatermi selama 20 menit. Saat saya tanya untuk injeksinya, saya disuruh tanya ke IGD, karena biasanya untuk injeksi dilakukan di IGD, bukan di fisioterapi.  Tidak ada yang sakit saat diatermi ini, yang dirasakan hanya hangat saja.
     Lanjut ke IGD, saya tunjukkan pengantar untuk injeksi. Saya malah ditanya lembar pendaftaran ke IGD. Saya tidak diberi oleh bagian pendaftaran, saya hanya mendapat pendaftaran ke fisioterapi. Akhirnya perawat IGD yang mendaftarkan saya dan saya diberi tahu, besok lagi jika akan ke fisioterapi dan IGD, pendaftarannya ada 2. (*OK maaf, saya gak tahu, orang udah nyodorin pengantar, dikasihnya cuman 1 kok).
     Saya bilang ke perawatnya, "saya mau injeksi obat Ceftriaxone, ini pengantarnya. Ini obat-obatnya sudah saya tebus, tapi ada 1 alat yang belum saya tebus, barang kali disini ada". Kemudian saya suruh menunggu sambil tiduran. Perawat pertama datang bertanya pada saya. "Obat yang akan diinjeksi ini jika diencerkan dengan 10 ml maka akan lebih pekat dan tentunya akan lebih sakit" Saya ditawarkan untuk injeksi dengan cara diinfus, yaitu obatnya diencerkan dengan 100 ml cairan infus. Ini lebih tidak sakit, tapi butuh waktu lebih lama, sekitar 2 jam. Saya ingat teman saya yang sudah pernah injeksi ini katanya tidak sakit seperti yang perawat bilang kok. Akhirnya saya putuskan untuk injeksi langsung saja. Jika memang sakit, besok dan seterusnya pakai infus. Si perawat pertama pergi menyiapkan obat.
     Kemudian perawat kedua datang dengan membawa suntikan kecil, katanya itu mau digunakan tes alergi. Disuntikkan di bawah jaringan kulit (*tangan kiri). Ternyata itu sakit sekali, padahal jarumnya sangat kecil. Ditunggu beberapa saat untuk melihat reaksi alergi atau tidak, baru saya bisa diinjeksi. Tidak lama perawat pertama datang lagi. Dia melakukan tensi tekanan darah saya. Disusul dokter jaga di IGD saat itu. Tidak memeriksa apapun, dia hanya bertanya 3 pertanyaan: "Ibu keluhannya apa?" "saya ada hidrosalping" "Ibu baru melahirkan?" "belum dok, hamil saja belum" "Terus ini mau apa?" "mau injeksi obat dok" "owh yasudah"
Tes Alergi
      Setelah itu dokter pergi meninggalkan saya dan tidak muncul lagi saat saya diinjeksi. Berdasarkan tes alergi, saya tidak menunjukkan rasa gatal-gatal, hanya sedikit bengkak. Katanya itu normal bekas suntikan jarumnya. Jadi saya bisa langsung diinjeksi obatnya. Dan cuuzzz.. diinjeksi ke pembuluh darah di siku kiri saya. Saat proses injeksi, saya tidak merasa sakit apa-apa. Tidak seperti yang perawat bilang. Sakitnya hanya karena jarumnya saja. Setelah itu ngilu pegel kayak abis ambil darah. 
     Injeksi hari pertama selesai. Saya menuju kasir untuk bayar. Rincian untuk hari pertama sebagai berikut:
1. Fisioterapi
    SWD 20 menit : Rp 50.000
    Charge : Rp 5000
2. IGD
    Jasa Paramedis : Rp 20.000
    Pemeriksaan Dokter IGD : Rp 60.000
    Charge : Rp 15.000
    Obat/Alat Kesehatan (Wing Needle No 25) : Rp 12.500
     
     Saat perjalanan pulang, saya mampir ke apotek Aji Waras untuk membeli Wing Needle supaya besok dan seterusnya tidak perlu menebus di RS. Tak disangka ternyata di sana harganya lebih mahal, yaitu Rp 15.000 per buah. Akhirnya agar tidak sia-sia jalan jauh ke apotek ini, saya hanya beli  1 untuk besok. Seterusnya akan tebus di RS saja. 

Hari Kedua:
     Sebelum saya berangkat injeksi dan terapi di hari kedua, saya cerita ke teman saya yang sudah pernah menjalani terapi ini. Dia dulu masih mempunyai jarum yang saya butuhkan, lengkap 7 buah. Kata dia, dari pada dibuang akhirnya diberikan pada saya. Saya juga cerita tentang rincian pemeriksaan dokter IGD, padahal saya merasa tidak diperiksa oleh dokter. Dipegang saja tidak, apa lagi diperiksa. Hanya tanya jawab (*maaf saya juga tidak berniat konsultasi), tapi dimasukkan ke rincian biaya saya.
     Hari kedua datang juga. Saya daftar untuk ke fisioterapi dan IGD. Di fisioterapi, lancar tidak ada kendala apapun. Lanjut ke IGD. Masih dengan perawat yang sama dengan hari pertama saya injeksi. Saat perawat menyiapkan obat saya, dokter jaga datang menghampiri saya (*dokternya berbeda dengan yang kemarin). Seperti biasa, menanyakan keluhan dan maksud kedatangan saya ke IGD. Kemudian saya diminta untuk tes alergi lagi. Tapi saya jawab, "kemarin kan sudah. Saya tidak mau. Toh juga saya pernah 2 kali tes alergi, alhamdulillah tidak pernah menimbulkan alergi pada tubuh saya". Akhirnya dokterpun meninggalkan saya.
     Tidak berselang, perawat datang untuk tensi tekanan darah saya. Saya tanya, "tensinya buat apa?" "Buat memastikan tekanan darahnya stabil, jika terlalu rendah/tinggi, tidak boleh melakukan injeksi". (*owh) "Terus buat apa saya harus tes alergi lagi? Kan kemarin sudah. Normal kok." "Buat memastikan, dokternya hari ini kan berbeda dengan yang kemarin" (*hmmmm...saya hanya geleng-geleng kepala). Kemudian diinjeksi obatnyaa di pembuluh pergelangan tangan kiri saya. (*yang bekas lebamnya/biru masih tetap ada sampai seminggu setelah injeksi)
    Berlanjut ke kasir, berikut rinciannya:
1. Fisioterapi
    SWD 20 menit : Rp 50.000
    Charge : Rp 5.000
2. IGD
    Jasa Paramedis : Rp 20.000
    Pemeriksaan Dokter IGD : Rp 60.000
    Charge : Rp 15.000

     Lagi-lagi, ada rincian pemeriksaan dokter IGD. Saya beranikan bertanya pada petugas di kasir. Saya katakan, "dari kemarin saya tidak merasa diperiksa oleh dokter di IGD, tapi kenapa selalu ada tagihan pemeriksaan dokter? Selama di IGD, saya selalu ditangani oleh perawat. Palingan dokter cuma tanya-tanya saja". Saya kembali ditanya "Ibu ke IGD mau apa?" "Injeksi obat" "Ada pengantar?" "Ada dari dokter di luar JMC" "Owh memang begitu prosedurnya bu, jika ibu membawa pengantar dari dokter luar, akan ada evaluasi dulu oleh dokter IGD di sini, tidak bisa langsung tindakan. Sehingga ada biaya untuk dokter IGD
     OK, akhirnya saya tahu jawabannya. Kemudian malam harinya, ketika saya lewat depan tempat praktik Bidan dekat rumah, tiba-tiba saya berhenti. Saya ingin bertanya apakah bisa injeksi obat. Kalau di dekat rumah bisa, kenapa harus jauh-jauh? Apalagi kalau di kampung, ada kakak sendiri bidan dan suaminya juga perawat. Tidak perlu susah-susah injeksi ke RS. (*maklum ini di perantauan). Ternyata di praktik Bidan ini bisa. Saya diminta untuk membawa pengantar dari dokter, supaya tahu dosis dan cara injeksinya.

Hari Ketiga:
     Hari ketiga ini, saya mulai injeksi di bidan sekaligus uji coba, kalau sakitnya saat injeksi sama saja dan bisa lebih hemat, kenapa harus jauh-jauh ke IGD, ditambah sakit hati pula 😋
     Di tempat praktik bidan ini, saya diberi tahu akan diinjeksi menggunakan suntikan di sana, ukurannya juga sama. (*jarum No 25 itu kecil, bahkan disebut jarum bayi) Kalau saya pakai Wing Needle banyak obat yang terbuang di selang jarumnya. (*saya iyakan saja. meskipun saya sebenarnya sudah punya suntikan dan Wing Needle itu). Cuuzz, langsung masuk dan sama sekali tidak menimbulkan lebam. Artinya, besok dan seterusnya sampai hari ketujuh, saya akan injeksi ke bidan saja.
     Berhubung untuk waktu diatermi itu bisa bebas, maka saya lebih santai untuk berangkat terapi. Saya tetap terapi di RS JMC, tapi injeksi ke bidan (*ribet yaaa... 😃 ) Alhamdulillah terapi berjalan lancar, antri sebentar tidak masalah.
Rincian biaya hari ketiga:
1. Injeksi ke Bidan : Rp 35.000
2. Fisioterapi
    SWD 20 menit : Rp 50.000
    Charge : Rp 5.000

Hari Keempat:
     Seperti hari sebelumnya, saya pergi ke bidan untuk injeksi. Hari ini saya sudah koleksi 5 suntikan di tangan kiri saya. 4 suntikan ke pembuluh dan 1 suntikan ke bawah kulit. Semua ini demi menyambut anugerah dari Allah. Tidak ada cita-cita yang dapat kita raih dengan mudah, semua itu butuh perjuangan dan pengorbanan.
     Terapi diatermi saya lancar tidak ada masalah.  Rincian biaya hari keempat sama dengan hari ketiga:
1. Injeksi ke Bidan : Rp 35.000
2. Fisioterapi
    SWD 20 menit : Rp 50.000
    Charge : Rp 5.000

Hari Kelima:
     Berlanjut ke hari kelima. Sebelum saya terapi, saya injeksi dulu ke bidan. Berhubung saya sudah koleksi 4 suntikan di tangan kiri, dimana 2 diantara masih lebam dan 2 lagi kecil, maka terpaksa saya coba untuk injeksi ke tangan kanan. Dari awal memang pembuluh tangan kanan saya lebih kecil, ditambah lagi, kalau menimbulkan efek pegal, takutnya menggangu saya. Saya setiap hari harus pergi terapi mengendarai motor sendirian. Tapi setelah diperiksa pembuluh di siku lebih kecil, terpaksa bidan memilih pembuluh di punggung tangan. (*Lumayan ngilu-ngilu gitu buat ngegas motor 😃 )
     Lanjut terapi diatermi lagi, masih di RS JMC. Kali ini saya merasakan kepanasan pada bagian pinggul saya, sampai saya harus memanggil terapisnya. Padahal katanya suhunya tetap sama dengan yang kemarin-kemarin. Kemudian alatnya sedikit digeser agar pinggul saya tidak lagi merasakan panas. Barulah saya merasa nyaman.  Rincian biaya hari ini sama dengan hari-hari sebelumnya:
1. Injeksi ke Bidan : Rp 35.000
2. Fisioterapi
    SWD 20 menit : Rp 50.000
    Charge : Rp 5.000


Hari Keenam:
    Berhubung pada hari keenam ini tanggal merah, dan seperti penjelasan saya sebelumnya di atas, saya akan terapi diatermi ke RS Hermina Bekasi. Karena hari ini hanya buka dari jam 8-12 siang, maka saya dan suami (*horee akhirnya diantar suami) berangkat pagi-pagi dan baru sampai di RS jam 9. Sesampai di RS, saya langsung daftar ke pendaftaran di lantai 2 dan menjelaskan maksud kedatangan saya. Hal yang kurang mengenakkan dimulai.
     Dikatakan oleh bagian pendaftaran, bahwa untuk hari ini tidak melayani terapi diatermi. Hari ini, fisioterapi hanya melayani bagi pasien yang sedang dalam perawatan. Jika pasien rawat jalan seperti saya tidak bisa. Ditambah lagi, saya pasien lanjutan dari RS lain, meskipun saya membawa pengantar dari dr. Marly yang notabene juga praktik di RS Hermina Bekasi, namun tetap tidak bisa. 
     Kami sempat menjelaskan juga, bahwa sebelumnya sudah telepon untuk konfirmasi dulu. Waktu itu dikatakan bisa. Itu yang mengatakan langsung dari bagian fisioterapi yang piket hari Senin pagi. (*saat itu telepon disambungkan ke bagian fisioterapi) Lagipula tidak mungkin kami datang jauh-jauh dari Pasar Minggu kalau sudah tahu tidak bisa. 
     Setelah menunggu cukup lama dan menimbulkan antrian, jawabannya tetap tidak bisa. Tapi kami dipersilahkan tanya langsung ke bagian fisioterapi di lantai 5. Ada sekitar 3 petugas di sana. Cukup lama kami dicuekin, mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, akhirnya kesempatan kami bicara. Kami jelaskan bla.. bla.. bla... dan jawabannya tetap tidak bisa. Semakin jengkellah kami. Kalau begitu, kami minta pertanggung jawabannya. Kami jauh-jauh ke Bekasi, sudah konfirmasi telepon jauh-jauh hari katanya bisa, sampai RS jawabnya tidak bisa. Kami merasa dirugikan. Bukan respon baik yang kami terima, kami malah ditanya, "siapa nama petugas yang menerima telepon?" (*mana kami tahu, setahu saya setiap telepon ke RS, tidak pernah petugasnya bilang namanya) Hingga ada salah satu yang berdalih bahwa pada hari senin dia piket sore, bukan pagi. Dengan sangat kecewa, saya menarik suami untuk pergi keluar. Kami pulang dengan tangan kosong. Semoga ada hikmah dibalik kejadian ini.
     Kami langsung pulang kembali ke Pasar Minggu dengan diiringi gerimis sepanjang perjalanan. ☹Kami langsung menuju ke bidan untuk injeksi keenam. Masih di tangan kanan yang berjarak hanya beberapa milimeter dari bekas injeksi kemarin. Jadi hari ini hanya injeksi saja, selanjutnya besok saya akan terapi ke RS Hermina Jatinegara. Saya tidak mau terapi di RS Hermina Bekasi.
Biaya injeksi ke bidan : Rp 35.000

Hari Ketujuh:
     Hari Minggu, hari ketujuh injeksi (*terakhir) dan hari keenam terapi diatermi. Terpaksa bolong 1 hari karena kejadian kemarin. Saya berangkat ke bidan sendiri tidak ditemani suami. Hari ketujuh ini sudah semakin menipis persediaan tempat untuk injeksi. Pembuluh darah saya yang besar-besar di tangan kiri masih lebam. Tersisa hanya yang kecil-kecil. Alhasil tusukan pertama tidak bisa masuk ke pembuluh (*gambar 7a). Pindah ke tangan kanan lagi yang nyaris menyerempet hari sebelumnya. (*finally lulus juga injeksi obat selama 7 hari)
Koleksi Tusukan Jarum
     Kemudian saya pulang untuk menjemput suami, kami pun berangkat ke RS Hermina Jatinegara. Kami sampai di RS sekitar jam 12 siang. Cukup ramah dan nyaman. Saya harus mengisi data diri pasien, karena baru pertama kali ke RS ini. Kemudian saya bisa ke fisioterapi di lantai 4. Petugasnya juga cukup ramah. Ruang fisioterapinya juga lebih bagus dari tempat terapi saya sebelumnya. Alat yang digunakan juga berbeda. Di RS Hermina Jatinegara ini menggunakan alat diatermi 2 area. 15 menit area kiri dan 15 menit area kanan. Tidak seperti sebelumnya, langsung menggunakan 1 alat selama 20 menit.
Rincian biaya hari ini:
1. Injeksi ke Bidan : Rp 35.000
2. Tindakan Fisioterapi
    SWD 2 area : Rp 101.000

Hari Kedelapan:
     Hari kedelapan ini terapi diatermi terakhir saya. Saya kembali lagi terapi ke RS JMC yang dekat rumah, karena saya harus berangkat sendiri. Ternyata alat diatermi yang digunakan di RS Hermina juga ada di RS JMC. Setelah saya cerita pengalaman saya di Hermina, petugas terapisnya menawari saya menggunakan alat yang sama itu. Tapi, saya kembali merasakan kepanasan pada pinggul saya. Kalau hari kelima, saya merasakan panas di pinggul kiri, hari ini saya merasakan panas di pinggul kanan. Akhirnya alat tersebut harus digeser sedikit. Selanjutnya aman dan lancar.
Biaya SWD 20 menit : Rp 55.000
     Semoga setelah menjalani terapi diatermi dan injeksi obat Ceftriaxone ini, hidrosalping saya bisa hilang dan saluran tuba saya bersih. Hari Selasa besok, kembali ke dokter untuk menjalani hidrotubasi kedua. Semoga selalu diberi kelancaran dan kesabaran dalam menjalani skenario dari Allah ini. 
Alat yang tidak jadi dipakai/sisa
     Saya berbagi cerita pengalaman promil saya ini, bukan berarti saya berniat pamer/sombong. Murni saya ingin berbagi pengalaman dan informasi, barang kali teman-teman di luar sana punya skenario hidup yang sama dengan saya. Saya pernah galau dengan kondisi saya yang belum juga dikaruniai keturunan. Setelah saya baca-baca di internet, ternyata saya tidak sendiri. Banyak pula yang lebih parah dari saya. Tapi mereka tidak pernah putus asa, hingga akhirnya mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk mempunyai keturunan. Kuncinya tetap berdoa dan berusaha, semua pasti ada jalan.

     Terima kasih telah membaca cerita saya, semoga bisa bermanfaat khususnya bagi yang membutuhkan informasi seperti ini. Nantikan cerita saya berikutnya. Tetap semangaaat... 💪

Kamis, 26 Januari 2017

Setelah Hujan Reda

source: https://www.tokopedia.com/prelovedbarbekq/setelah-hujan-reda-boy-candra

Hujan pernsh merebut seseorang dariku.
Ia merampas kebahagiaan yang tumbuh di dadaku.
Ia memaksa aku menjadi sendiri.

Hujan juga pernah membuat janji kepadaku.
Ia tak akan jatuh lagi di mataku.
Namun ia berdusta, ia meninggalkan aku tanpa permisi.

Saat aku merasa hujan hanya datang untuk menyakiti, kamu hadir.
Mengajarkan aku bahwa Tuhan tak menciptakan hujan untuk bersedih,
tetapi Ia menyiapkan hujan untuk merasa kita pulih.

Aku sadar, terkadang orang yang kita cintai diciptakan Tuhan bukan untuk dimiliki,
tetapi aku ingin Tuhan menciptakanmu untuk memilikiku.

Boy Candra

Sabtu, 21 Januari 2017

ProgMil Part 8 - Histeroskopi & Hidrotubasi

     Seperti janji saya sebelumnya, pada postingan kali ini, saya akan sharing tentang histeroskopi dan hidrotubasi yang saya lakukan kemarin. Sebelumnya, apa itu histeroskopi? Histeroskopi adalah tindakan dimana histeroskop akan dimasukkan ke dalam vagina yang akan digunakan untuk memvisualisasikan lapisan dinding rahim. Tindakan ini biasanya dilakukan untuk memeriksa kondisi rahim, saluran indung telur, serviks, jalur serviks, dan vagina dari tanda-tanda tidak normal, serta juga dapat digunakan untuk melakukan pembedahan invasif minimal (untuk lebih lengkapnya bisa di baca di sini). Lalu, apa itu Hidrotubasi? Hidrotubasi adalah salah satu cara untuk memeriksa dan mengobati kebuntuan saluran telur. Cara pemeriksaannya adalah dengan memasukkan cairan yang mengandung antibiotik dengan alat yang disebut hidrotubator, melewati vagina ~ mulut rahim ~ leher rahim ~ rahim ~ hingga saluran telur untuk lebih lengkapnya bisa di baca di sini).

     Lanjut yaaa.. Ke dokter kali ini terpaksa berangkat sendiri tanpa suami, karena suami harus kerja. Gak enak kalau harus ijin lagi, kemarin sudah ijin setengah hari. Kemarin, saat daftar untuk periksa hari ini, perawatnya berpesan agar datang 1 jam sebelum tindakan. Jika dokter praktik jam 10 pagi, maka saya harus datang jam 9. Karena ada obat yang harus dimasukkan ke tubuh saya sebelum tindakan. Saya sampai tepat jam 9 pagi. Setelah sekian lama menunggu sendirian tanpa suami, akhirnya datanglah sang dokter sekitar jam 10.30.
    Barulah saya dipanggil perawat ke sebuah ruang pemeriksaan. Saya pikir saya akan masuk ke ruang dokter duluan, seperti pemeriksaan sebelumnya. Saya mendapat nomor antrian pendaftaran ke-8, yang ternyata sistem nomor antrian di poli eksekutif ini tidak sama dengan poli kebidanan umum. Saya dipanggil perawat untuk dibantu dimasukkan obat pereda nyeri melalui an*s. Kemudian saya diminta menunggu lagi. Saking lamanya menunggu, saya sampai buang air 2 kali. Baru sekitar jam 12.40 saya dipanggil masuk ke ruang pemeriksaan dokter. Perasaan saya semakin tidak karuan, takut masuk sendiri, takut sakit, takut hasilnya kurang baik, >.<
     Baru saja saya nongol ke ruangan, dokter langsung minta saya untuk segera bergegas siap-siap tindakan (*saya sudah siap dok..sampai saya ngantuk dan kelaperan nungguin :( ). Ruangan dr. Marly di poli eksekutif ini cukup besar jika dibandingkan dengan ruang periksa dokter kandungan di poli eksekutif ini. Ruangannya paling ujung, peralatannya saya liat cukup lengkap. Tidak seperti ruang dr. Marly di poli eksekutif di RS Hermina bekasi.
     Saya dibantu oleh perawat untuk bersiap-siap. Setelah semua peralatan siap dan saya pun sudah siap pada posisinya, dokter masuk. Semakin gugup dan malu. Akhirnya untuk mengurangi ketegangan, saya bercanda dengan dokter dan perawatnya. Saya bertanya pada dokter, akan sakit gak dok? Kata pasien sih cuman mules dikit, gak kayak HSG. tapi kalau sakit, ya salahin aja pasien yang ngomong itu, orang dokter gak pernah ngrasain. Waduh...
     Tindakan yang pertama adalah histeroskopi. Dokter memasukkan semacam pipa sebesar bolpoin, yang panjangnya mungkin ada sekitar 30cm, dilengkapi dengan kamera untuk melihat rahim saya. Tidak butuh waktu lama, katanya rahim saya normal, bersih (*alhamdulillah). Rasanya biasa aja, mules-mules sedikit. Kemudian langsung dilanjutkan hidrotubasi, yaitu dengan memasukkan antibiotik. Rasanya juga sama, gak sakit. Sudah.. Tidak sampai 10 menit, padahal saya menunggunya 3,5 jam.
     Kemudian saya disuruh bersih-bersih. Jangan lupa, jika Anda akan melakukan histeroskopi atau hidrotubasi, Anda harus bawa pembalut. Karena biasanya akan muncul flek setelah tindakan. Setelah itu saya menyampaikan ke dokter bahwa saya ingin terapi untuk ASA nya ke dokter saja, biar fokus 1 dokter dan 1 tempat. Untuk itu, jika diperlukan tes alergi, saya mau tes alergi di RS ini saja. Okay, dokter setuju.
     Di poli eksekutif ini kita benar-benar dilayani dalam satu tempat, mulai pendaftaran pasien, pembayaran, memasukkan obat, menebus obat, bahkan jika Anda akan cek laboratorium, petugas yang akan menghampiri Anda. Tentunya memang harga bawa rupa. Namun untuk saya kali ini, saya sendiri yang pergi ke laboratorium, karena sekalian pulang dan tanya-tanya disana.
     Saya pindah ke lantai 2, setelah menunggu sebentar saya dipanggil untuk ambil darah. Hasil akan selesai dan bisa diambil setelah 6 hari kerja. Artinya, saat konsul berikutnya hasil tes alergi ini sudah selesai. OK gak papa. Sebelum pulang saya tidak lupa untuk daftar pada pemeriksaan berikutnya. Hari ini dapat oleh-oleh biru lagi di siku tangan kiri. Itung-itung persiapan minggu depan, bakal disuntik 7 kali selama 7 hari berturut-turut.
Berikut rincian biaya yang saya lakukan hari ini:
1. Obat : Rp 172.960
    Hidrotubasi II
      ~ Dis Needle 23G (1)
      ~ Syringe 20 cc Terumo (1)
      ~ Cortison 10/cc Inj (10)
      ~ Kanamycin Inj (1)
      ~ NaCL 9% 25 ml @Dos (1)
      ~ Pronalges Supp / DA (1)
      ~ Fol Cath08 (1)
2. Biaya Umum RS Dr. Obsgyn Klinik Eksekutif : Rp 66.000
3. Histeroskopi Diagnostik : Rp 1.500.000
4. Hidrotubasi - Eksekutif : Rp 704.000
5. Pemakaian Obat Poli Eksekutif : Rp 15.750
6. Lain-lain (Apron) : Rp 3.500
7. Paket Panel Alergi : Rp 1.050.000

     Sekedar tambahan informasi, untuk perbandingan biaya histeroskopi di RS Hermina Depok 1,5 juta (intip saja) dan 2,5 juta (jika ada tindakan), sedangkan biaya histeroskopi di RS Hermina Bekasi 1,75 juta (intip saja) dan 2,9 juta (jika ada tindakan).
     Sekian dulu sharing cerita histeroskopi dan hidrotubasi saya kali ini, terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat. Tetap semangaaatt... :-)

Kamis, 19 Januari 2017

ProgMil Part 7 - Kembali ke Dokter

     Setelah 4 bulan pasca keguguran, akhirnya kami berniat untuk kembali melanjutkan promil kami ke dr. Marly. Bulan ke-4 ini sebenarnya sempat membuat saya berharap, karena tamu yang biasanya datang rutin 29  hari (pasca keguguran) hingga 34 hari baru juga datang. Hampir setiap hari ngetes, tapi hasilnya tetap negatif, hingga akhirnya harapan itu pupus bersamaan dengan datangnya si tamu.
     Well, akhirnya setelah si tamu datang, kami langsung telepon ke RS Hermina Depok untuk mendaftar ke dr. Marly. Pada promil kali ini, kami pindah ke RS Hermina Depok karena cerita teman, bahwa di sana tidak seramai di RS Hermina Bekasi. Hanya saja, praktik dr. Marly di Depok kesemuanya pada hari kerja, bahkan ada yang pagi hari. Untuk itu, memilihlah kami hari Kamis, 19 Januari 2017, bertepatan dengan hari ke-9 saya mens.
     Kami berangkat setelah Ashar, sekitar pukul 15.30. Alhamdulillah perjalanan arah Depok cukup lancar. Sampai di RS sekitar pukul 16.15. Padahal praktik dokter mulai pukul 16.00. Tapi hingga pukul 17.30, barulah dokter datang. Seharusnya kami mendapat nomor antrian ke-5, tapi entah kenapa kami dapat panggilan pertama. Setelah itu dapat cerita bahwa nomor antrian dari perjanjian tidak mempengaruhi antrian panggilan. Jadi tergantung kedatangan.
     Kemudian masuklah kami ke ruang pemeriksaan dokter. Dari beberapa hasil pemeriksaan yang kami bawa, diantaranya hasil laboratorium (hormon, gula, kolesterol), tes ASA, HSG, dan Analisa Sperma, dokter membacanya satu per satu. Kemudian bertanya pada saya, sudah hamil? ada riwayat keguguran? Saya jawab, saya pernah sempat hamil setelah melakukan HSG, namun keguguran diusia kehamilan 11 minggu, dikarenakan janin tidak berkembang.
     Kemudian barulah dokter menjelaskan. Itulah mengapa saya bisa keguguran, hal itu disebabkan dari beberapa hasil yang saya bawa tadi. Kolesterol saya sangat tinggi, ASA saya juga sangat tinggi, sedangkan disaluran tuba saya ada hidrosalping di kanan dan kiri, meskipun tidak sampai menyumbat. Tapi hal itu sudah bisa mempengaruhi kualitas dari sel telur dan sperma yang lewat disaluran tuba saya.
     Untuk itu, ada beberapa tahapan yang harus saya lakukan untuk menyembuhkan atau mengurangi kondisi saya di atas, diantaranya:

  1. Kolesterol tinggi, tentu dengan mengurangi atau bahkan menghindari makanan yang mengandung kolesterol. Pola hidup sehat. Serta diberikan obat yang diminum setiap hari selama 2 bulan, kemudian diminta untuk cek kadar kolesterolnya lagi.
  2. ASA tinggi. Untuk menurunkan ASA, bisa dengan terapi PLI (sel darah putih suami disuntikkan ke istri, gunanya agar tubuh si istri "berkenalan" dengan suami, tidak menganggap sperma suami musuh). Dari anjuran hasil tes, saya dianjurkan untuk terapi PLI sebanyak 3 kali. Namun dr. Marly menawarkan ke saya agar infus Gamaras. Gamaras ini dikatakan lebih efektif menurunkan ASA dari pada PLI, Namun harganya cukup menguras kantong, yaitu sekitar 4 juta untuk sekali infus. Meskipun semua itu tergantung dengan respon tubuh dari setiap orang. (*semoga ASA saya cepat turun)
  3. Hidrosalping bilateral. Dari dokter, saya diminta untuk terapi Diatermi dan suntik antibiotik selama 7 hari berturut-turut. Sebelum itu, mumpung besok itu hari ke-10, besok pagi saya diminta untuk melakukan Histeroskopi (intip rahim) dan Hidrotubasi (tiup rahim).
     Dipikiran saya, saya bingung besok gimana, suami kerja. Pernah denger cerita bahwa kedua tindakan itu sakit, siapa yang akan mengantar saya, gimana saya nanti pulangnya dijalan. Aaaah Bismillah aja. Pasrahkan saja pada Allah.
     Belum selesai sampai di situ, dokter bilang bahwa hormon AMH saya cukup rendah, yaitu hanya 0,8 (bulan Mei 2016). Normalnya 1-1,5. Hormon AMH ini menunjukkan kadar cadangan sel telur saya. Setiap bulan akan semakin turun. Artinya, jika saya tidak segera hamil dan punya anak, kesempatan saya untuk bisa hamil akan semakin kecil. Artinya pula, jika AMH seseorang itu menunjukkan angka 0, maka seseorang itu sudah mengalami menopause.
     Untuk itu, saya diharuskan untuk segera kerja cepat. Hal itu pula yang semakin membuat saya pusing. Banyak serangkaian tahapan yang harus saya lalui. Selain itu, masalah biaya yang harus dikeluarkan, yang tentunya tidak sedikit. Semua ini demi bisa menyambut titipan Allah. Kami hanya bisa berdoa agar diberikan kelancaran.
     Jadi resume target saya berikutnya adalah

  • Jumat, 20 Januari 2017 Histeroskopi dan Hidrotubasi.
  • Mulai Senin, 23 Januari 2017, Diatermi dan suntik antibiotik selama 7 hari.
  • Selasa, 31 Januari 2017, Hidrotubasi ke-2.
  • Setiap hari saya diminta minum obat untuk menurunkan kolesterol selama 2 bulan, kemudian cek kolesterol lagi.
  • Suami setiap hari selama 3 bulan minum obat yang mengandung anti oksidan, guna mempertahankan kualitas sperma.
  • Hari ke-2 mens berikutnya, kontrol untuk mendapat obat penyubur (dicoba alami).
  • Bulan berikutnya (Maret) cek kolesterol dan infus Gamaras, serta kemungkinan akan inseminasi (*semoga bisa alami aja yaaa).
     Sekedar info, hari ini saya konsultasi dengan dr. Marly di poli kebidanan & kandungan umum. Yang umum ini, waktu praktiknya sore, sedangkan jika pagi, dokter praktik di poli eksekutif.
Biaya yang harus dikeluarkan di RS Hermina Depok hari ini, sebagai berikut:
1. Obat suami : Rp 271.800
    - Glisodin (30)
2. Kartu Pasien (karena pasien baru) : Rp 15.000
3. Obat istri : Rp 817.350
    - Hidrotubasi
      ~ Dis Needle 23G (1)
      ~ Syringe 20 cc Terumo (1)
      ~ Cortison 10/cc Inj (10)
      ~ Kanamycin Inj (1)
      ~ NaCL 9% 25 ml @Dos (1)
      ~ Pronalges Supp / DA (1)
    - Diatermi
      ~ Syringe 1 cc Tuberculin (1)
      ~ Syringe 10 cc Terumo (7)
      ~ Aqua for Inj 25 ml (4)
      ~ Ceftriaxon 1 Gr Inj (7)
      ~ Alcohol Prep Pads Steril (8)
      ~ Zemyc 150 Mg Cap (2)
      ~ Metronidazol 500 Mg Tab (15)
      ~ Prodiva Gel 30 Gr (1)
    - Kolesterol
      ~ Simvastatin Tab 20 Mg (30)
4. Konsultasi Dr. Sub Obsgyn Dr. Marly : Rp 297.000
Obat dan Alat Resep Dokter
     Cukup sampai di sini dulu ceritanya, sudah panjang kali lebar. Besok kita sambung lagi cerita berikutnya. Tetap semangat.. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya, serta menambah informasi bagi para pejuang seperti saya. :-)