Kami memutuskan untuk mengendarai motor untuk sampai ke RS. Sebagai pertimbangan, pasti nanti selesainya lumayan malam, takut tidak ada becak untuk menuju ke stasiun. Selain itu jaga-jaga jikalau setelah HSG saya mengalami sakit, seperti cerita-cerita banyak orang, karena jarang sekali jika kita naik KRL akan mendapat tempat duduk.
Kami sampai di RS Hermina tepat jam 20.00. Kami langsung menuju bagian Radiologi di lantai 2. Saya menyerahkan surat pengantar dari dokter, kemudian saya diberikan resep untuk ditebus di apotik di lantai 3. Resep obat yang diberikan tidak banyak, hanya 3 macam, diantaranya Asam mefenamat, Ciprofloxacin (antibiotik, diminum setelah HSG), serta 1 buah obat yang akan dimasukkan *maaf ke anus sebelum tindakan, lupa tidak sempat menghafal namanya. Berdasarkan arahan teman yang sudah pernah HSG, supaya membawa sendiri Asam mefenamat, karena untuk menghindari Apotik RS yang selalu ramai. Namun ternyata masih ada obat-obat lain yang harus ditebus.
Ketika saya menerima resep itu, saya diberitahu bahwa dokter yang akan menangani saya belum datang. Selain itu, terdapat antrian pasien yang juga akan melakukan pemeriksaan di bagian radiologi. Jadi kemungkinan saya akan baru ditangani sekitar jam 21.00. Hingga waktu yang beritahukan, ternyata dokter masih belum selesai menangani pasien lain. Pada saat menunggu antrian, saya sempat dipanggil untuk menandatangani surat pernyataan bahwa saya bersedia melakukan HSG.
Dan sekitar jam 21.20, tibalah giliran saya. Saya dipanggil oleh petugas radiologi. Gugup, takut sakit dan malu jika memang petugasnya laki-laki. Masuk ke ruangan, saya diberi pakaian khusus dan diminta untuk ganti pakaian. Setelah selesai ganti, saya sempat tanya ke petugas itu, apakah tidak ada petugas perempuan yang bertugas saat ini? Dia menjawab tidak ada, tapi yang melegakan, dia berkata bahwa dia hanya akan bertugas untuk memfoto saya saja, sedangkan semua tindakan akan dilakukan oleh dokter.
Tidak lama setelahnya, sang dokter datang. Dokternya perempuan, orangnya sangat baik, kalem, dan ramah, mungkin usianya sekitar 50 tahun. Dari hasil percakapan kami, ternyata beliau orang Jogja.
Saya diminta untuk tiduran santai diranjang foto (mungkin lebih tepatnya disebut meja foto karena bentuknya lebih mirip dengan mesin fotokopi), sembari beliau menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Setelah siap semua, saya diminta mendekat beliau diujung meja, sambil *maaf ngangkang. Yang pertama beliau lakukan adalah memasukkan obat yang saya tebus di apotik tadi *maaf ke anus. Cukup sakit, karena mungkin dilakukan oleh orang lain. Kemudian dokter mengolesi vagina saya dengan cairan yang warnanya mirip seperti Betadine (sepertinya benar), rasanya dingin. Kemudian dokter memasang Spekulum ke vagina saya. Setelah itu dokter memasang kateter ke dalam uterus saya, yang nantinya untuk memasukkan cairan kontras.
Setelah pemasangan kateter selesai, dokter menyuntikkan cairan kontras yang pertama, kemudian di foto oleh petugas radiologi. Selanjutnya saya ditanya apakah saya sudah merasa sakit perut/mules, saya jawab belum. Kemudian setelah suntikan cairan kontras yang kedua, saya merasakan sakit, nyeri, mules yang sangat. ingin rasanya saya meringkuk, supaya sakitnya berkurang, tapi itu tidak mungkin dilakukan, karena saya harus difoto untuk kedua kalinya.
Saya pernah membaca sebuah artikel dari seorang pasien HSG, katanya dia merasakan ada cairan yang keluar dari vaginanya sesaat setelah disuntikkan cairan kontras itu. Setelah hasilnya selesai, ternyata saluran tubanya tersumbat, sehingga cairan yang dimasukkan tadi kembali keluar. Dan rembesan cairan kontras itu juga saya rasakan keluar. Rasanya campur aduk. Apa iya saluran saya juga tersumbat? Saya harus bagaimana? Ingin rasanya saya menangis. Tapi saya bersyukur ditangani oleh dokter yang baik hati, selama proses tindakan, beliau tidak berhenti mengajak saya mengobrol, mungkin tujuannya agar saya lebih rileks.
Setelah dimasukkan cairan kontras 2 kali dan foto 2 kali, proses HSG selesai. Dokter melepas kateter pada tubuh saya, dan saya diminta untuk bersih-bersih di kamar mandi. Ketika saya bersih-bersih, saya baru menyadari bahwa telah keluar darah dari vagina saya, merah sekali. Kemudian saya pasang pembalut yang sudah saya siapkan dari rumah.
Keluar dari kamar mandi, saya ditanya petugas, hasilnya akan diambil waktu kontrol ke dr. Marly atau ditunggu malam ini juga. Saya jawab, ditunggu saja. Mengingat saya besoknya, lebih tepatnya nanti malam akan pulang ke Blitar. Saya akan pulang dengan hati tenang jika sudah melihat hasil HSG saya. Apapun itu hasilnya.
Saya keluar dari ruangan, diminta untuk menunggu sekitar 30 menit. Saat itu, waktu menunjukkan pukul 22.00. Saya pun kembali pada suami saya di ruang tunggu. Saat itu wajah saya tampak aneh. Tidak tersenyum dan tanpa ekspresi. Pikiran saya campur aduk, takut jika hasilnya tidak sebaik yang diharapkan. Hingga saya sempat meneteskan air mata. Namun bersyukur suami berusaha menenangkan saya. Dia menyuruh saya untuk menceritakan semua proses yang terjadi selama saya didalam ruangan.
Hingga akhirnya saya dipanggil oleh petugas, dia menyerahkan hasil HSG saya. Hati saya semakin tidak karuan. Tidak sabar saya untuk membuka hasil tersebut. Berikut hasil HSG saya:
Foto Rongsen |
Hasil Pembacaan Foto Rongsen |
Berikut ini rincian biaya untuk HSG yang saya lakukan di RS Hermina Bekasi:
1. Obat : Rp 25.800
2. Pemeriksaan Radiologi (HSG+Kontras) : Rp 1.241.000
Sedikit tambahan, selama tindakan HSG saya hanya merasakan sakit yang luar biasa sesaat setelah dimasukkan cairan kontras yang kedua. Hanya sebentar, mungkin sekitar 2 menit. setelah itu berangsur-angsur hilang sakitnya. Namun hingga pagi ini, saya sedikit merasa kaku pada perut saya, tapi sekali lagi, tidak ada rasa sakit. Bahkan seorang teman saya, selain mengalami seperti saya, dia juga tidak keluar darah setelah tindakan itu. Jadi reaksi setiap orang itu berbeda-beda. Yang terpenting Anda rileks, maka Anda tidak akan merasakan sakit. Jangan terpengaruh dengan pengalaman-pengalaman orang lain, bisa saja Anda berbeda. Semoga tulisan saya dapat bermanfaat bagi orang lain yang membacanya, sampai jumpa pada tulisan saya berikutnya.