Tab Menu

Minggu, 30 Juli 2017

Setiap Tempat Punya Cerita dari Bukune

Setiap Tempat Punya Cerita - Bukune

BARCELONA Te Amo
Tadinya, musim panas selalu muram.
Lalu, dia datang dengan senyumnya yang indah, ketika waktu
mendamba detik-detik yang hangat dari matanya. Entah
bagaimana, hati Katya begitu dingin ketika menepis uluran
tangan laki-laki itu.

Kesepian pun menghantamnya.
Sepanjang La Rambla, angin menepi. Sayap-sayap membawa
Katya menari diantara pilar-pilar Gothic Quarter yang sunyi.
Membangkitkan rindu kepadanya, seperti ombak kepada
pantai yang menunggu.

Maka, di sinilah Katya berada kini.
Menyambut genggaman tangannya. Di Placa de Catalunya,
tempat merpati bercengkerama. Ketikaa matahari menyinari
Barcelona. Dia bagai musim panas yang begitu indah.
"Te amo", pelan ucap Katya.
Akankah dia dengar?

Te amo siempre,

Kireina Enno

Last Minute in MANHATTAN
Matahari tenggelam sempurna di Manhattan,
menghujani gedung-gedung
dengan warna senja cakrawala.

Di kota ini, kau akan bertemu Callysta.
ia menemukan langit yang menaungi senja-- membuatnya merasa
nyaman, seperti mendapat perlindungan. Membuatnya jatuh cinta.

Namun, jatuh cinta memang tidak semudah yang dibayangkan.
Saat cinta mulai menyergap, yang bisa dilakukan hanyalah
mempertahankannya, agar tak memburam dan menghilang ketika
ragu dan masa silam ikut mengendap.

Di kota ini, gadis itu jatuh cinta,
tetapi segera ia surukkan di lorong-lorong gedung-gedung meninggi,
dan ia benamkan bersama senja yang tenggelam sempurna.

"Hatiku, masih terlalu rapuh," begitu katanya.
Maukah kau menemaninya di Manhattan?

With love,

Yoana Dianika

First Time in BEIJING
"Saat pahitnya kenyataan mengitari gadis itu dari segenap arah,
dia hanya punya satu pilihan: menjalaninya."

Langit Kota Beijing berpesta, pijar warna kembang api terlontar
bergantian di angkasa. Gemuruh seketika melenyapkan suara-suara
yang meriung di segenap kota. Namun, hati gadis itu senyap, bagai
butir salju yang musim lalu jatuh di balik jendela.

Di kota ini, kakinya menapak pasti di tangga-tangga Tembok Raksasa
yang berkuasa. Ia mulai jatuh cinta pada kota ini, pada aura ganjil
gerbang Kota Terlarang yang dahulup dilewati raja-raja. Mungkin pula,
ia telah jatuh cinta kepada dia-- laki-laki itu --dalam aroma rempah
yang menguar dari susp hangat hasil racikan tangannya.

Kemarin, di Tembok Raksasa, ia tergelincir karena kerikil kecil.
Kakinya sempat tak setia. namun, kesetiaan tetap membutuhkan
kerikil, bukan? Agar kita tahu apakah satu kerikil saja bisa menghancurkan
kesetiaan yang telah dipupuk.

"Mungkin ini salahku, tak mendengar suara hati ini saat berada di dekatmu."

Lisa menatap dalam mata senja, membayangkan laki-laki itu berada di sana.
Menunggunya.

Zhu ni xingfu kuaile,
semoga kamu bahagia, Lisa,

Riawani Elyta

HOLLAND One Find Day in Leiden
Sejak menjejakkan kaki di Bandara Schiphol, Belanda, dan
 udara dingin menyambutnya, Kara tak lagi merasa asing.
Mungkin, karena ia pun telah lama lupa dengan hangat.

Belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap
bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Nyatanya,
semua itu harus ia temukan lagi dalam kotak tua yang teronggok
di sudut kamarnya. Kini, Kara tahu: Ibu yang pergi, Kara yang mencari.
Tak ada waktu untuk cinta.

Namun, kala senja membingkai Leiden dengan jingga yang
memerah, kara masih ingaat bisik manis laki-laki bermata pirus itu,
"Ik vind je leuk"-- aku suka kamu. Juga kecup hangatnya. Rasa takut
mengepung Kara, tahukt jatuh cinta kepada seseorang yang akhirnya
akan pergi begitu saja. Dan, meninggalkan perih yang tak tersembuhkan waktu.
Seperti Ibu.

Aku tidak berada di sini untuk jatuh cinta,
ulangnya dalam hati, mengingatkan diri sendiri.

Di sudut-sudut Leiden, Den Hag, Rotterdam, dan Amsterdam
yang menyuguhkan banyak cerita, Kara mempertanyakan masa lalu,
harapan, masa depan, juga cinta. Ke manakah ia melangkah, sementara
rintik hujan merinai di kanal-kanal dan menghujam di jantung kota-kota
Negeri Kincir Angin yang memesona?

Alles komt goed-- Semua akan baik-baik saja, Kara.

Feba Sukmana

SWISS Little Snow in Zurich
Di Zurich,

Ada kisah tentang salju yang hangat, tentang tawa yang mencair.
Membuat Yasmine tersenyum bahagia.

"Ich liebe dich,"-- aku mencintaimu --bisik gadis itu, membiarkan
repih salju membias di wajahnya. Manis cinta dalam cokelat yang
laki-laki itu berikan membeku menjadi kenangan di benaknya, tak akan hilang.

Di puncak Gunug Uetliberg-- yang memancarkan panorama
seluruh Kota Zurich --bola-bola salju terasa hangat di tangannya,
kala mereka bersisian. Dan, Jembatan Munsterbrucke, jembatan
terindah dan tertua di Zurich, seolah bersinar di bawah nyala lampu seperti bintang.

"Salju yang jatuh perlahan di dermaga Danau Zurich yang menawan,
jika aku jatuh cinta, tolong tuliskan cerita yang indah," bisik gadis itu.
Ia tahu telah jatuh cinta, dan berharap tak tersesat.

Namun, entah bagaimana, semua ini terasa bagai dongeng. Indah,
tetapi terasa tidak nyata.

Tschus-- sampai jumpa --
Yasmine, semoga kisahmu indah,

Alvi Syahrin