Tab Menu

Selasa, 18 April 2017

Sunset Bersama Rosie


Sebenarnya, apakah itu perasaan? Keinginan? Rasa memiliki?
Rasa sakit, gelisah, sesak, tidak bisa tidur, kerindua, kebencian?
Bukankan dengan berlalunya waktu semuanya seperti gelas kosong 
yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa.
Malah lucu serta gemas saat dikenang.
Sebenarnya, apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan?
Atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena kita lakukan hanya untuk 
sesuatu yang amat spesial di waktu yang juga spesial?
Atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan 
untuk dilakukan berkali-kali.
Sebenarnya, apakah itu arti 'kesempatan'? Apakah arti makna 'keputusan'?
Bagaimana mungkin kita terkadang menyesal karena sebuah 'keputusan' 
atas sepucuk 'kesempatan'?
Sebenarnya, siapakah yang selalu pantas kita sayangi?

Dalam hidup ini, ada banyak sekali pertanyaan tentang perasaan 
yang tidak pernah terjawab. Sayangnya, novel ini juga tidak bisa 
memberikan jawaban pasti atas pertanyaan-pertanyaan itu.
Novel ini ditulis hanya untuk menyediakan pengertian yang berbeda, 
melalui sebuah kisah keluarga hebat di pantai yang elok.
Semoga setelah membacanya, kita akan memiliki satu ruang kecil yang 
baru di hati, mari kita sebut dengan kamar 'pemahaman yang baru'.
Selamat membaca

Sunset Bersama Rosie
Tere Liye
Mahaka Publishing
Cetakan Kesepuluh, November 2014
iv + 426 halaman; 13,5x20,5 cm

Quote:
Tahukah kalian, dalam banyak hal justru orang dewasala yang banyak belajar kepada anak kecil.
Mencari kekuatan, inspirasi, kebahagian melihat mereka.

Terlalu lama maka semakin terasa hambar kenangannya, hilang spesialnya.
Bagiku lebih jauh menyenangkan menyimpan sepotong kejadian yang hanya selintas terjadinya.
Itu akan membuat penasaran saat mengenangnya, bukan?
Dibandingkan kejadian yang kita rekam dengan kamera atau foto, yang kita lihat berkali-kali.
Tidak ada celah untuk membayangkan lagi kenangan itu.

Jauh lebih menyenangkan mengenang sesuatu yang hanya selintas terjadinya.
Bahkan dalam banyak kesempatan jauh lebih menyenangkan mengenang sesuatau yang sepantasnya terjadi, tapi kita tidak membuatnya terjadi, meski kita bisa dengan mudah membuatnya terjadi.

Apakah dunia memang begitu?
Kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu jika kita terlalu menginginkannya.
Kita tidak akan pernah mengerti hakikat memiliki, jika kita terlalu ingin memilikinya.

Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi.
Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan nafas tertahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar