Hari itu, Kamis 22 Septermber 2016, hari paling kelabu. Saya hanya merasa darah yang keluar semakin banyak dan merah. Baru saat suami pulang, saya sedikit mulai merasakan sakit pada perut saya. Saya hanya beranggapan mungkin itu karena efek darah yang keluar itu. Hingga akhirnya setelah kami selesai sholat magrib berjamaah, saya semakin merasa tidak enak, ingin segera ke kamar mandi, saat berdiri itu saya melihat darah yang masih segar tembus ke tempat tidur. Kami sangat kaget. Suami langsung mengajak saya untuk bergegas ke dokter, karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun saya tidak mungkin ke dokter dengan keadaan seperti ini. Saya ijin untuk bersih-bersih dulu. Dan hal yang tidak kami inginkan itu benar-benar terjadi. Gumpalan darah sekitar sebesar jempol tangan keluar dari vagina saya. Seketika itu saya teriak dan menangis sejadi-jadinya. Saya belum siap untuk benar-benar kehilangan calon anak kami. Dan darah pun mengucur semakin banyak. Butuh beberapa saat, suami untuk menenangkan saya. Saya benar-benar tidak siap.
Akhirnya setelah saya bersih-bersih kami langsung pergi ke RS JMC. Kebetulan malam itu Dr. Mariza sedang praktik. Setelah menunggu cukup lama, kami akhirnya masuk ke ruangan dokter sekitar pukul 20.30. (mengingatkan cerita sebelumnya, saya seharusnya kembali ke dokter hari sabtu 24 september 2016, namun saya sudah kembali ke dokter pada hari kamis) Dokter langsung bertanya, ada apa bu? tambah parah? Saya jawab iya dok, malahan tadi keluar gumpalan, darah yang keluar jg sangat banyak. Dokter bilang, kita USG bawah dulu ya bu. Saya kaget, dan menjawab, tapi dok, darahnya keluar gak bisa berhenti. Mana mungkin bisa diperiksa dari bawah? Dokter menjawab, gak papa. kalau tidak begitu hasilnya kurang jelas. Akhirnya saya pasrah.
Dan benar, seperti yang tidak kami inginkan, dokter mengatakan janin saya sudah tidak ada. Tidak dapat dipastikan apakah yang sudah keluar pada saat kami masih dirumah, atau yang akan saya ceritakan setelah ini. Kemudian dokter meminta pindah ke ruang tindakan di sebelah, karena saya mau dibersihkan dan dimasukkan obat untuk merangsang kontraksi rahim, agar bisa membersihkan sisa-sisa jaringan yang menempel tanpa harus di kuret. Saya jujur merasa tidak enak karena darah saya sampai di tempat tidur pemeriksaan.
Saat itu juga saya hanya bisa pasrah dan tidak keluar air mata sedikit pun. Saya berpindah ke ruang tindakan, suster menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan. Saat dokter periksa, ternyata ada gumpalan yang jauh lebih besar yang akan keluar. Dokter berusaha untuk mengeluarkan gumpalan itu, sampai perut saya juga ikut ditekan oleh suster agar gumpalan itu keluar. Benar-benar besar, berukuran sekitar hati ayam, warnanya merah segar permukaannya halus sekali. Setelah ditunjukkan oleh suster, kemudian gumpalan itu dibuang. Setelah sampai dirumah, saya menyesal kenapa tidak saya minta untuk dibawa pulang?
Setelah bersih, kembali ke ruang pemeriksaan. Dokter menjelaskan bahwa saya tidak jadi diberi obat, karena pendarahan sedang keluar banyak-banyaknya. Saya diminta untuk bersabar. Mungkin rejekinya belum sekarang, insyaallah nanti akan diganti lagi. Saya hanya mengangguk mengiyakan. Saya sudah mulai tidak konsen dengan apa yang dikatakan oleh dokter. Perut saya mulai kontraksi, dan itu berlangsung terus tanpa jeda hingga pukul 22.30. Saya diminta untuk kembali lagi hari sabtu, untuk mengecek apakah jaringan-jaringan yang menempel pada rahim saya sudah bersih atau belum. Jika sudah bersih, saya tidak perlu dikuret, sedangkan jika belum bersih, maka harus dikuret. Dokter juga berpesan supaya saya beraktifitas seperti biasa agar dapat memicu rahim kontraksi dan membersihkan dirinya sendiri.
Kami sampai dirumah sekitar pukul 21.15. Dan setelah sampai dirumah, kontraksi itu benar-benar hebat. Sakitnya sampai tembus ke pinggang, rasanya sama sekali tidak enak. Tidak ada posisi yang bisa mengurangi sakitnya. Ditambah lagi dengan kepala saya yang sedikit kliyengan. Mungkin itu karena saya mengalami pendarahan yang banyak, sehingga saya kurang darah. Saya terus berusaha untuk tidur disela-sela kesakitan yang saya rasakan. Hingga akhirnya saya bisa tertidur sekitar 1 jam, dan terbangun sekitar pukul 11 malam, dan baru bisa tidur kembali sekitar pukul 2 dini hari karena sakitnya datang lagi, namun dengan tingkat yang lebih ringan. Kemudian terus sakit hingga jumat malam.
Jumat pagi bangun tidur, akhirnya keluar lagi gumpalan sebesar gumpalan semalam, tapi dengan permukaan yang tidak sehalus itu dan warnanya merah keputihan, bukan merah segar, Saat sore harinya saya juga memegang seperti ada yang mau keluar lagi gumpalannya, namun hingga sabtu pagi ke dokter, belum juga keluar lagi. Akhirnya setelah saya ceritakan ke dokter, dokter memeriksanya dan dapat mengeluarkan gumpalan yang saya jelaskan tadi. Tidak terlalu besar, warnanya juga seperti yang keluar kemarin pagi. Mungkin itu sisanya kemarin yang belum keluar.
Dari hasil USG hari Sabtu kemarin, terlihat bahwa abortusnya sudah komplit, alias jaringan-jaringannya sudah bersih, jadi tidak perlu dikuret. Hanya tinggal darah saja, kemungkinan saya akan tetap mengeluarkan darah selama 1 minggu, seperti nifas kata dokter. Namun rahim saya belum kembali ke bentuk semula masih terbuka. Butuh waktu hingga akhirnya rahim saya kembali ke bentuk semula. Saya hanya diberi obat untuk membersihkan darah di rahim saya, dan diminta kembali lagi ke dokter 2 minggu lagi.
Kondisi rahim pasca keguguran |
Terima kasih sudah membaca, semoga bisa bermanfaat bagi orang lain.
Semangattt Mba Inge!!!
BalasHapusIya mbak..terima kasih
Hapus