Kali ini saya akan bercerita tentang terapi diathermy/diatermi yang saya lakukan. Sebelumnya, apa itu diatermi? Diatermi berasal dari kata "Dia" yang berarti dalam tubuh dan "Therm" yang berarti panas. Jadi Diatermi adalah pemanasan si dalam bagian tubuh untuk penyembuhan penyakit. Sedangkan alat/pesawat diatermi adalah suatu alat elektromedic yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit tertentu dengan cara menggunakan efek panas. Untuk lebih detailnya informasi tentang diatermi, bisa klik
di sini.
|
Alat Diatermi
Source: http://materi-sehat.blogspot.co.id/2011/07/diatermi.html |
Kita lanjut pengalaman yang saya alami yaaa... Saya diminta dr. Marly untuk terapi diatermi SWD selama 20 menit, sebanyak 7 kali yang harus dimulai tanggal, 23 Januari 2017 kemarin. Serta saya diminta untuk injeksi obat
Ceftriaxone sebanyak 7 kali, dan ada 2 macam obat yang diminum. Sesuai rencana awal, saya akan terapi pada malam hari, karena menunggu suami pulang kerja. Namun, pada pagi hari dimana saya seharusnya akan berangkat terapi, saya baru sadar bahwa hari Sabtu, tanggal 28 Januari adalah tanggal merah. Banyak RS yang bagian Fisioterapinya tidak buka. Alhasil pagi-pagi sms asisten dr. Marly. Tidak terkirim.
Fine. Akhirnya telepon ke RS Hermina Depok, konsultasi ke perawat siapa saja di poli kebidanan umum, karena asistennya sedang tidak piket. Dia janji akan meneruskan ke asistennya. Saya menanyakan "apakah terapi diatermi saya boleh bolong 2 kali? Jika tidak, apakah jadwal terapi saya boleh mundur minggu depan?" Dan jawabannya, saya tetap diminta untuk terapi sesuai dengan jadwal, tidak boleh bolong sebanyak 2 kali, hanya boleh bolong 1 kali. Saya juga diminta untuk cari RS yang Fisioterapinya buka pada hari Sabtu dan Minggu ini. Karena di RS Hermina Depok juga tutup.
Rempong berlanjut, saya pun mengganggu kerja suami. Saya minta tolong dia untuk telepon beberapa RS, menanyakan hal di atas. (*bentar-bentar, rencana saya akan terapi di RS JMC, mengingat lokasinya yang cukup dekat dengan tempat tinggal saya. Kalau ke Depok terlalu jauh, ditambah lagi pasti macet pada pagi dan sore hari) Suami telepon ke RS JMC, RS Siaga, RS Hermina Bekasi, dan RS Hermina Jatinegara, didapatlah informasi bahwa RS JMC dan RS Siaga setiap Minggu dan libur nasional tutup. Sedangkan RS Hermina Bekasi Sabtu ini buka, serta setiap Minggu juga buka jam 8-12 siang. RS Hermina Jatinegara libur nasional tutup dan Minggu tetap buka jam 8-1.30 siang.
OK, berarti saya hari Sabtu dan Minggu tetap bisa terapi. Hari Senin-Jumat terapi di RS JMC, Sabtu di RS Hermina Bekasi, Minggu di RS Hermina Jatinegara (*lebih depat daripada harus ke Bekasi lagi). Berhubung obat antibiotik itu harus diinjeksikan secara teratur, jika mengejar hari Sabtu dan Minggu yang siang, otomatis saya tidak bisa terapi pada malam hari. Saya harus berangkat sendiri selama 5 hari. Berikut ini, beberapa hal yang saya alami di setiap harinya:
Hari Pertama:
Drama yang cukup panjang 😁
Pada hari pertama ini saya ada satu resep yang belum saya tebus, karena saat saya tebus di RS Hermina Depok, stoknya sedang kosong. Akhirnya sebelum saya berangkat ke RS JMC, saya harus membelinya dulu, yang ternyata itu adalah
Wing Needle No 25, sangat jarang ditemukan di apotek-apotek umum. Setelah beberapa apotek saya masuki, diberi tahulah oleh petugasnya untuk ke apotek Aji Waras di Cilandak, atau apotek-apotek RS. Berhubung lokasi apotek Aji Waras ini berlawanan arah dengan tujuan RS saya, saya langsung saja berangkat ke RS. Berharap di sana ada, atau jika tidak, mungkin bisa diganti dengan yang lain.>
|
Wing Needle No 25 |
Sampai di RS JMC, saya langsung daftar untuk ke Fisioterapi. Saya ditanya apakah sudah ada pengantar, saya sodorkan pengantar yang saya bawa dari dr. Marly. Pengantar itu terdiri dari 2 lembar, yaitu 1 untuk diatermi, 1 untuk injeksi antibiotik. Berhubung saya tidak paham juga dengan isinya, saya meng-iyakan saja ketika hanya didaftarkan ke fisioterapi. Kemudian saya langsung menuju ruang fisioterapi di lantai 2.
|
Surat Pengantar untuk Diatermi & Injeksi Obat |
Sekitar jam 10 saya masuk ruangan dan tidak ada yang mengantri, sehingga saya langsung ditangani. Bagian perut saya dipanaskan dengan alat diatermi selama 20 menit. Saat saya tanya untuk injeksinya, saya disuruh tanya ke IGD, karena biasanya untuk injeksi dilakukan di IGD, bukan di fisioterapi. Tidak ada yang sakit saat diatermi ini, yang dirasakan hanya hangat saja.
Lanjut ke IGD, saya tunjukkan pengantar untuk injeksi. Saya malah ditanya lembar pendaftaran ke IGD. Saya tidak diberi oleh bagian pendaftaran, saya hanya mendapat pendaftaran ke fisioterapi. Akhirnya perawat IGD yang mendaftarkan saya dan saya diberi tahu, besok lagi jika akan ke fisioterapi dan IGD, pendaftarannya ada 2. (*OK maaf, saya gak tahu, orang udah nyodorin pengantar, dikasihnya cuman 1 kok).
Saya bilang ke perawatnya, "saya mau injeksi obat
Ceftriaxone, ini pengantarnya. Ini obat-obatnya sudah saya tebus, tapi ada 1 alat yang belum saya tebus, barang kali disini ada". Kemudian saya suruh menunggu sambil tiduran. Perawat pertama datang bertanya pada saya. "
Obat yang akan diinjeksi ini jika diencerkan dengan 10 ml maka akan lebih pekat dan tentunya akan lebih sakit" Saya ditawarkan untuk injeksi dengan cara diinfus, yaitu obatnya diencerkan dengan 100 ml cairan infus. Ini lebih tidak sakit, tapi butuh waktu lebih lama, sekitar 2 jam. Saya ingat teman saya yang sudah pernah injeksi ini katanya tidak sakit seperti yang perawat bilang kok. Akhirnya saya putuskan untuk injeksi langsung saja. Jika memang sakit, besok dan seterusnya pakai infus. Si perawat pertama pergi menyiapkan obat.
Kemudian perawat kedua datang dengan membawa suntikan kecil, katanya itu mau digunakan tes alergi. Disuntikkan di bawah jaringan kulit (*tangan kiri). Ternyata itu sakit sekali, padahal jarumnya sangat kecil. Ditunggu beberapa saat untuk melihat reaksi alergi atau tidak, baru saya bisa diinjeksi. Tidak lama perawat pertama datang lagi. Dia melakukan tensi tekanan darah saya. Disusul dokter jaga di IGD saat itu. Tidak memeriksa apapun, dia hanya bertanya 3 pertanyaan: "
Ibu keluhannya apa?" "saya ada hidrosalping" "
Ibu baru melahirkan?" "belum dok, hamil saja belum" "
Terus ini mau apa?" "mau injeksi obat dok" "
owh yasudah"
|
Tes Alergi |
Setelah itu dokter pergi meninggalkan saya dan tidak muncul lagi saat saya diinjeksi. Berdasarkan tes alergi, saya tidak menunjukkan rasa gatal-gatal, hanya sedikit bengkak. Katanya itu normal bekas suntikan jarumnya. Jadi saya bisa langsung diinjeksi obatnya. Dan cuuzzz.. diinjeksi ke pembuluh darah di siku kiri saya. Saat proses injeksi, saya tidak merasa sakit apa-apa. Tidak seperti yang perawat bilang. Sakitnya hanya karena jarumnya saja. Setelah itu ngilu pegel kayak abis ambil darah.
Injeksi hari pertama selesai. Saya menuju kasir untuk bayar. Rincian untuk hari pertama sebagai berikut:
1. Fisioterapi
SWD 20 menit : Rp 50.000
Charge : Rp 5000
2. IGD
Jasa Paramedis : Rp 20.000
Pemeriksaan Dokter IGD : Rp 60.000
Charge : Rp 15.000
Obat/Alat Kesehatan (
Wing Needle No 25) : Rp 12.500
Saat perjalanan pulang, saya mampir ke apotek Aji Waras untuk membeli
Wing Needle supaya besok dan seterusnya tidak perlu menebus di RS. Tak disangka ternyata di sana harganya lebih mahal, yaitu Rp 15.000 per buah. Akhirnya agar tidak sia-sia jalan jauh ke apotek ini, saya hanya beli 1 untuk besok. Seterusnya akan tebus di RS saja.
Hari Kedua:
Sebelum saya berangkat injeksi dan terapi di hari kedua, saya cerita ke teman saya yang sudah pernah menjalani terapi ini. Dia dulu masih mempunyai jarum yang saya butuhkan, lengkap 7 buah. Kata dia, dari pada dibuang akhirnya diberikan pada saya. Saya juga cerita tentang rincian pemeriksaan dokter IGD, padahal saya merasa tidak diperiksa oleh dokter. Dipegang saja tidak, apa lagi diperiksa. Hanya tanya jawab (*maaf saya juga tidak berniat konsultasi), tapi dimasukkan ke rincian biaya saya.
Hari kedua datang juga. Saya daftar untuk ke fisioterapi dan IGD. Di fisioterapi, lancar tidak ada kendala apapun. Lanjut ke IGD. Masih dengan perawat yang sama dengan hari pertama saya injeksi. Saat perawat menyiapkan obat saya, dokter jaga datang menghampiri saya (*dokternya berbeda dengan yang kemarin). Seperti biasa, menanyakan keluhan dan maksud kedatangan saya ke IGD. Kemudian saya diminta untuk tes alergi lagi. Tapi saya jawab, "kemarin kan sudah. Saya tidak mau. Toh juga saya pernah 2 kali tes alergi, alhamdulillah tidak pernah menimbulkan alergi pada tubuh saya". Akhirnya dokterpun meninggalkan saya.
Tidak berselang, perawat datang untuk tensi tekanan darah saya. Saya tanya, "tensinya buat apa?" "
Buat memastikan tekanan darahnya stabil, jika terlalu rendah/tinggi, tidak boleh melakukan injeksi". (*owh) "Terus buat apa saya harus tes alergi lagi? Kan kemarin sudah. Normal kok." "
Buat memastikan, dokternya hari ini kan berbeda dengan yang kemarin" (*hmmmm...saya hanya geleng-geleng kepala). Kemudian diinjeksi obatnyaa di pembuluh pergelangan tangan kiri saya. (*yang bekas lebamnya/biru masih tetap ada sampai seminggu setelah injeksi)
Berlanjut ke kasir, berikut rinciannya:
1. Fisioterapi
SWD 20 menit : Rp 50.000
Charge : Rp 5.000
2. IGD
Jasa Paramedis : Rp 20.000
Pemeriksaan Dokter IGD : Rp 60.000
Charge : Rp 15.000
Lagi-lagi, ada rincian pemeriksaan dokter IGD. Saya beranikan bertanya pada petugas di kasir. Saya katakan, "dari kemarin saya tidak merasa diperiksa oleh dokter di IGD, tapi kenapa selalu ada tagihan pemeriksaan dokter? Selama di IGD, saya selalu ditangani oleh perawat. Palingan dokter cuma tanya-tanya saja". Saya kembali ditanya "
Ibu ke IGD mau apa?" "Injeksi obat" "
Ada pengantar?" "Ada dari dokter di luar JMC" "
Owh memang begitu prosedurnya bu, jika ibu membawa pengantar dari dokter luar, akan ada evaluasi dulu oleh dokter IGD di sini, tidak bisa langsung tindakan. Sehingga ada biaya untuk dokter IGD"
OK, akhirnya saya tahu jawabannya. Kemudian malam harinya, ketika saya lewat depan tempat praktik Bidan dekat rumah, tiba-tiba saya berhenti. Saya ingin bertanya apakah bisa injeksi obat. Kalau di dekat rumah bisa, kenapa harus jauh-jauh? Apalagi kalau di kampung, ada kakak sendiri bidan dan suaminya juga perawat. Tidak perlu susah-susah injeksi ke RS. (*maklum ini di perantauan). Ternyata di praktik Bidan ini bisa. Saya diminta untuk membawa pengantar dari dokter, supaya tahu dosis dan cara injeksinya.
Hari Ketiga:
Hari ketiga ini, saya mulai injeksi di bidan sekaligus uji coba, kalau sakitnya saat injeksi sama saja dan bisa lebih hemat, kenapa harus jauh-jauh ke IGD, ditambah sakit hati pula 😋
Di tempat praktik bidan ini, saya diberi tahu akan diinjeksi menggunakan suntikan di sana, ukurannya juga sama. (*jarum No 25 itu kecil, bahkan disebut jarum bayi) Kalau saya pakai
Wing Needle banyak obat yang terbuang di selang jarumnya. (*saya iyakan saja. meskipun saya sebenarnya sudah punya suntikan dan
Wing Needle itu). Cuuzz, langsung masuk dan sama sekali tidak menimbulkan lebam. Artinya, besok dan seterusnya sampai hari ketujuh, saya akan injeksi ke bidan saja.
Berhubung untuk waktu diatermi itu bisa bebas, maka saya lebih santai untuk berangkat terapi. Saya tetap terapi di RS JMC, tapi injeksi ke bidan (*ribet yaaa... 😃 ) Alhamdulillah terapi berjalan lancar, antri sebentar tidak masalah.
Rincian biaya hari ketiga:
1. Injeksi ke Bidan : Rp 35.000
2. Fisioterapi
SWD 20 menit : Rp 50.000
Charge : Rp 5.000
Hari Keempat:
Seperti hari sebelumnya, saya pergi ke bidan untuk injeksi. Hari ini saya sudah koleksi 5 suntikan di tangan kiri saya. 4 suntikan ke pembuluh dan 1 suntikan ke bawah kulit. Semua ini demi menyambut anugerah dari Allah. Tidak ada cita-cita yang dapat kita raih dengan mudah, semua itu butuh perjuangan dan pengorbanan.
Terapi diatermi saya lancar tidak ada masalah. Rincian biaya hari keempat sama dengan hari ketiga:
1. Injeksi ke Bidan : Rp 35.000
2. Fisioterapi
SWD 20 menit : Rp 50.000
Charge : Rp 5.000
Hari Kelima:
Berlanjut ke hari kelima. Sebelum saya terapi, saya injeksi dulu ke bidan. Berhubung saya sudah koleksi 4 suntikan di tangan kiri, dimana 2 diantara masih lebam dan 2 lagi kecil, maka terpaksa saya coba untuk injeksi ke tangan kanan. Dari awal memang pembuluh tangan kanan saya lebih kecil, ditambah lagi, kalau menimbulkan efek pegal, takutnya menggangu saya. Saya setiap hari harus pergi terapi mengendarai motor sendirian. Tapi setelah diperiksa pembuluh di siku lebih kecil, terpaksa bidan memilih pembuluh di punggung tangan. (*Lumayan ngilu-ngilu gitu buat ngegas motor 😃 )
Lanjut terapi diatermi lagi, masih di RS JMC. Kali ini saya merasakan kepanasan pada bagian pinggul saya, sampai saya harus memanggil terapisnya. Padahal katanya suhunya tetap sama dengan yang kemarin-kemarin. Kemudian alatnya sedikit digeser agar pinggul saya tidak lagi merasakan panas. Barulah saya merasa nyaman. Rincian biaya hari ini sama dengan hari-hari sebelumnya:
1. Injeksi ke Bidan : Rp 35.000
2. Fisioterapi
SWD 20 menit : Rp 50.000
Charge : Rp 5.000
Hari Keenam:
Berhubung pada hari keenam ini tanggal merah, dan seperti penjelasan saya sebelumnya di atas, saya akan terapi diatermi ke RS Hermina Bekasi. Karena hari ini hanya buka dari jam 8-12 siang, maka saya dan suami (*horee akhirnya diantar suami) berangkat pagi-pagi dan baru sampai di RS jam 9. Sesampai di RS, saya langsung daftar ke pendaftaran di lantai 2 dan menjelaskan maksud kedatangan saya. Hal yang kurang mengenakkan dimulai.
Dikatakan oleh bagian pendaftaran, bahwa untuk hari ini tidak melayani terapi diatermi. Hari ini, fisioterapi hanya melayani bagi pasien yang sedang dalam perawatan. Jika pasien rawat jalan seperti saya tidak bisa. Ditambah lagi, saya pasien lanjutan dari RS lain, meskipun saya membawa pengantar dari dr. Marly yang notabene juga praktik di RS Hermina Bekasi, namun tetap tidak bisa.
Kami sempat menjelaskan juga, bahwa sebelumnya sudah telepon untuk konfirmasi dulu. Waktu itu dikatakan bisa. Itu yang mengatakan langsung dari bagian fisioterapi yang piket hari Senin pagi. (*saat itu telepon disambungkan ke bagian fisioterapi) Lagipula tidak mungkin kami datang jauh-jauh dari Pasar Minggu kalau sudah tahu tidak bisa.
Setelah menunggu cukup lama dan menimbulkan antrian, jawabannya tetap tidak bisa. Tapi kami dipersilahkan tanya langsung ke bagian fisioterapi di lantai 5. Ada sekitar 3 petugas di sana. Cukup lama kami dicuekin, mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, akhirnya kesempatan kami bicara. Kami jelaskan bla.. bla.. bla... dan jawabannya tetap tidak bisa. Semakin jengkellah kami. Kalau begitu, kami minta pertanggung jawabannya. Kami jauh-jauh ke Bekasi, sudah konfirmasi telepon jauh-jauh hari katanya bisa, sampai RS jawabnya tidak bisa. Kami merasa dirugikan. Bukan respon baik yang kami terima, kami malah ditanya, "
siapa nama petugas yang menerima telepon?" (*mana kami tahu, setahu saya setiap telepon ke RS, tidak pernah petugasnya bilang namanya) Hingga ada salah satu yang berdalih bahwa pada hari senin dia piket sore, bukan pagi. Dengan sangat kecewa, saya menarik suami untuk pergi keluar. Kami pulang dengan tangan kosong. Semoga ada hikmah dibalik kejadian ini.
Kami langsung pulang kembali ke Pasar Minggu dengan diiringi gerimis sepanjang perjalanan. ☹Kami langsung menuju ke bidan untuk injeksi keenam. Masih di tangan kanan yang berjarak hanya beberapa milimeter dari bekas injeksi kemarin. Jadi hari ini hanya injeksi saja, selanjutnya besok saya akan terapi ke RS Hermina Jatinegara. Saya tidak mau terapi di RS Hermina Bekasi.
Biaya injeksi ke bidan : Rp 35.000
Hari Ketujuh:
Hari Minggu, hari ketujuh injeksi (*terakhir) dan hari keenam terapi diatermi. Terpaksa bolong 1 hari karena kejadian kemarin. Saya berangkat ke bidan sendiri tidak ditemani suami. Hari ketujuh ini sudah semakin menipis persediaan tempat untuk injeksi. Pembuluh darah saya yang besar-besar di tangan kiri masih lebam. Tersisa hanya yang kecil-kecil. Alhasil tusukan pertama tidak bisa masuk ke pembuluh (*gambar 7a). Pindah ke tangan kanan lagi yang nyaris menyerempet hari sebelumnya. (*finally lulus juga injeksi obat selama 7 hari)
|
Koleksi Tusukan Jarum |
Kemudian saya pulang untuk menjemput suami, kami pun berangkat ke RS Hermina Jatinegara. Kami sampai di RS sekitar jam 12 siang. Cukup ramah dan nyaman. Saya harus mengisi data diri pasien, karena baru pertama kali ke RS ini. Kemudian saya bisa ke fisioterapi di lantai 4. Petugasnya juga cukup ramah. Ruang fisioterapinya juga lebih bagus dari tempat terapi saya sebelumnya. Alat yang digunakan juga berbeda. Di RS Hermina Jatinegara ini menggunakan alat diatermi 2 area. 15 menit area kiri dan 15 menit area kanan. Tidak seperti sebelumnya, langsung menggunakan 1 alat selama 20 menit.
Rincian biaya hari ini:
1. Injeksi ke Bidan : Rp 35.000
2. Tindakan Fisioterapi
SWD 2 area : Rp 101.000
Hari Kedelapan:
Hari kedelapan ini terapi diatermi terakhir saya. Saya kembali lagi terapi ke RS JMC yang dekat rumah, karena saya harus berangkat sendiri. Ternyata alat diatermi yang digunakan di RS Hermina juga ada di RS JMC. Setelah saya cerita pengalaman saya di Hermina, petugas terapisnya menawari saya menggunakan alat yang sama itu. Tapi, saya kembali merasakan kepanasan pada pinggul saya. Kalau hari kelima, saya merasakan panas di pinggul kiri, hari ini saya merasakan panas di pinggul kanan. Akhirnya alat tersebut harus digeser sedikit. Selanjutnya aman dan lancar.
Biaya SWD 20 menit : Rp 55.000
Semoga setelah menjalani terapi diatermi dan injeksi obat
Ceftriaxone ini, hidrosalping saya bisa hilang dan saluran tuba saya bersih. Hari Selasa besok, kembali ke dokter untuk menjalani hidrotubasi kedua. Semoga selalu diberi kelancaran dan kesabaran dalam menjalani skenario dari Allah ini.
|
Alat yang tidak jadi dipakai/sisa |
Saya berbagi cerita pengalaman promil saya ini, bukan berarti saya berniat pamer/sombong. Murni saya ingin berbagi pengalaman dan informasi, barang kali teman-teman di luar sana punya skenario hidup yang sama dengan saya. Saya pernah galau dengan kondisi saya yang belum juga dikaruniai keturunan. Setelah saya baca-baca di internet, ternyata saya tidak sendiri. Banyak pula yang lebih parah dari saya. Tapi mereka tidak pernah putus asa, hingga akhirnya mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk mempunyai keturunan. Kuncinya tetap berdoa dan berusaha, semua pasti ada jalan.
Terima kasih telah membaca cerita saya, semoga bisa bermanfaat khususnya bagi yang membutuhkan informasi seperti ini. Nantikan cerita saya berikutnya. Tetap semangaaat... 💪