Tab Menu

Minggu, 10 April 2016

ProgMil Part 1

     Mungkin bagi yang sudah membaca posting-an saya sebelumnya, sudah mengetahui berapa lama saya telah menikah. Yaa.. pada bulan April ini, pernikahan saya dengan suami sudah memasuki usia 2,5 tahun. Sedangkan masih saja proposal anak yang kami ajukan kepada Sang Pencipta belum juga di acc oleh-Nya, alias belum ada buah hati disela-sela kehidupan pernikahan kami.
     Nah, pada posting-an saya kali ini, saya ingin berbagi tentang pengalaman program hamil (ProgMil) yang sedang saya lakukan. Dari awal usia pernikahan kami, kami tidak pernah menunda kehamilan, atau bahkan menggunakan alat kontrasepsi apapun. Saya pun juga belum pernah hamil sebelumnya.
     Keinginan kami untuk punya anak sangat besar, terlebih saya sebagai perempuan. Tapi suami selalu menguatkan. Meskipun dia juga sangat ingin untuk mempunyai keturunan dari hasil pernikahan kami, tapi dia tidak pernah menuntut saya.
    Selama kurang dari 2,5 tahun kami sudah pernah berkunjung ke Dokter kandungan sebanyak 4 kali. Terhitung 2 kali ketika masih di Blitar dan 1 kali ketika saya mengunjungi suami di Jakarta. Saat itu, 3 kali kunjungan itu saya lakukan saat usia pernikahan masih belum genap 10 bulan. 2 kali di Blitar, hanya intensif menyorot keputihan yang pernah saya alami. Dan hingga 2 kali kunjungan, keputihan yang saya alami juga belum kunjung sembuh total. Pertanyaan saya saat itu, kapan saya bisa konsultasi kehamilan? Akhirnya saya tidak melanjutkan pengobatan ke Dokter tersebut.
     Pada usia pernikahan 7 bulan (Mei 2014), saat itu saya sedang mengunjungi suami di Jakarta. Saudara di Jakarta sudah mulai menanyakan, sudah periksa atau belum, kenapa sampai sekarang belum hamil juga. Dan kami jawab apa adanya. Akhirnya kami didesak untuk segera periksa dan konsultasi ke Dokter. Pergilah kami ke RS JMC di daerah Warung Buncit. Kami datang kemudian langsung mendaftar dan mendapat nomor antrian. Kami berangkat dari rumah selepas sholat Magrib, karena Dokter tersebut buka praktik jam 18.30. Sebelum jam praktik buka, kami sudah sampai di RS tersebut. Saya menunggu Dokter tersebut dengan perasaan cukup gugup. Namun Dokter tersebut baru datang sekitar jam 19.20. OK, gak masalah. Tinggal nunggu antrian.
     Tidak sampai 30 menit setelah kedatangan sang Dokter, kami pun di panggil. Saya dan suami masuk ke ruang praktik Dokter tersebut berdua. Seperti biasa, kita masuk langung disambut oleh Dokter dengan pertanyaan "Yaa.. Ada apa ini, ada masalah apa?". Kami pun menjawab ingin ProgMil. Kemudian sang Dokter bertanya kembali "Sudah menikah berapa lama?". Kami menjawab 7 bulan. Sang Dokter tertawa "Aaah masih 7 bulan. Nanti saja kembali lagi kalau sudah 2 tahun.". Saat itu juga, rasanya seperti dijatuhkan dari ketinggian. Mungkin dari pandangan Dokter kandungan, itu hal biasa jika masih usia dibawah 1 tahun belum kunjung hamil. Tapi bagi saya tidak. Seseorang akhirnya memutuskan untuk menikah, salah 1 tujuannya adalah karena ingin mempunyai keturunan. Dengan mudahnya Dokter tersebut mengatakan itu. Hal itu langsung menjatuhkan mental saya.
     Namun, agar kedatangan saya di sana tidak sia-sia, akhirnya saya di USG menggunakan Transvaginal ultrasound. USG jenis ini juga baru pertama kali saya lakukan. Bagi yang belum mengetahuin apa itu Transvaginal ultrasound, bisa gugling :-) Selanjutnya saya masih berharap Dokter mau menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Namun jawabannya selalu "Itu sudah termasuk treatment." Dokter hanya menjelaskan bahwa di rahim saya tidak ditemukan hal-hal yang mencurigakan seperti kista, miom, dan lain sebagainya.
     Sepulang dari RS, saya cukup kecewa dengan tanggapan dari Dokter. Hingga akhirnya pengalaman tidak menyenangkan itu membuat saya trauma pergi ke Dokter Kandungan hingga terakhir bulan Maret kemarin.

     Beberapa bulan yang lalu, di kantor suami diadakan Health Talk. Suami mendapat door prize dari penyelenggara, yaitu Morula IVF, salah satunya berupa voucher konsultasi dan USG dengan Dokternya di sana. Kami baru memutuskan untuk pergi ke Morula awal bulan Maret kemarin. Itupun setelah menunggu cukup lama.

Sumber: http://www.morulaivf.co.id/

     Pada akhir bulan Februari 2016, kami memutuskan untuk mulai memeriksakan kesehatan reproduksi kami. Sebagai langkah awal, kami ingin menggunakan voucher yang telah kami miliki. Sayang jika tidak digunakan. Kami hanya mengetahui sekilas tentang Morula. Yang kami tahu juga, tidak sedikit orang yang berhasil hamil dengan melakukan ProgMil di Morula. Kami tidak mengetahui berapa biaya atau kategori biaya di sana.
    Dengan keterbatasan informasi, kami pergi ke sana. Mendaftar dan menanyakan Dokter wanita siapa saja yang sedang praktik. Kami memilih salah satu diantaranya. Hanya mengantri beberapa saat. Padahal di sana banyak sekali orang yang sedang mengantri, kebanyakan diantaranya antri diperiksa. Pikir saya, biasanya kalau Dokter yang pasiennya sedikit itu kurang favorit (*menurut pemikiran saya sendiri). Tapi tidak mengapa.. Jika kami cocok dengan Dokter dan biaya disana, akan kami lanjutkan, namun jika tidak cocok, maka kami akan pindah ke tempat lain.
     Seperti biasa, sambutan pertama kali Dokternya sama seperti sebelumnya. Ditanya "Mau ngapain  & berapa lama nikah". Tidak panjang lebar, saya langsung diminta untuk dilakukan USG Transvaginal lagi. Dan lagi-lagi jawabannya masih sama. Dikatakan rahim saya bersih, tidak ditemukan hal-hal yang mencurigakan atau berbahaya. Kemudian saya diberi pengantar untuk melakukan Hysterosalpingogram (HSG), intinya tujuan HSG ini untuk mendeteksi apakah saluran tuba saya normal (terbuka) atau tidak (tersumbat, lengket, atau sejenisnya) dan resep vitamin. Sedangkan untuk suami diberi pengantar untuk melakukan Analisis Sperma (Ansper).
     Dalam konsultasi kali ini berlangsung cepat, karena dikatakan dari hasil USG rahim saya bersih. Dan untuk langkah berikutnya, kami harus melakukan HSG dan Ansper. Kemudian sebelum kami menuju ke kasir, kami diarahkan ke suatu bagian, saya lupa tempat itu bagian apa. Di sana dilakukan pengecekan berkas/apa saja yang diberikan Dokter untuk saya. Di sana pula akan dijadwalkan kapan saya akan melakukan HSG dan juga Ansper untuk suami. HSG dilakukan antara hari ke-9 sampai hari ke-12 dari awal menstruasi, sedangkan untuk Ansper bisa dilakukan kapan saja, dengan syarat tidak boleh berhubungan suami istri selama 3-5 hari, dan dilakukan pada pagi hari sekitar jam 8-9. Namun sebelum dijadwalkan, kami menanyakan berapa kisaran biaya untuk tes tersebut. Saya lupa untuk biaya HSG di Morula (RS Bunda Jkt), sedangkan jika biaya Ansper sebesar Rp 350.000. Kemudian setelah setelah saya dan suami berunding, kami memutuskan untuk tidak dijadwalkan melakukan tes di sana dengan alasan tes tersebut tersebut terlalu mepet dan bertepatan dengan hari kerja. Selain itu, kami juga pertimbangan dengan biaya yang tidak sedikit.
     Kemudian di Apotek, kami juga tidak menebus resep dari Dokter. Kami langsung menuju kasir. Berikut rincian biaya dari konsultasi yang telah kami lakukan di Morula:
1. Clinic Administration Fee Rp 60.000
2. New Patient Additional Fee Rp 35.000
3. Patient Medication Record Book Rp 25.000
4. Consultation and Treatment Fee Rp 475.000
Kami hanya dikenakan biaya sebesar Rp 120.000, karena pada point ke-4, kami menggunakan voucher yang telah saya sebutkan di atas.

    Jadi kesimpulan konsultasi Progmil kami yang pertama Alhamdulillah rahim saya bersih, dan bisa lanjut ke HSG dan Ansper

Jangan lupa ikuti sharing progmil saya selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar