Tab Menu

Minggu, 17 April 2016

ProgMil Part 2 - Analisa Sperma

Pada sharing progmil kedua ini, saya akan berbagi tentang tes yang dilakukan oleh suami saya.

     Setelah beberapa pertimbangan dan tanya sana sini, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan progmil kami di Morula. Kami mendapat rekomendasi ke Dr. dr. Indra G. Mansur, DHES. Sp. And dan dr. Marly Susanti, Sp. OG, K.FER. Saya juga mencari tahu profil keduanya dan sudah banyak kah yang berhasil melakukan progmil dengan mereka melalui internet. Akhirnya kami memilih kedua dokter tersebut. Sebenarnya saya juga bisa langsung berkonsultasi ke dr. Indra, namun saya merasa kurang nyaman jika dokter kandungan saya laki-laki. Untuk itu, untuk konsultasi dan pemeriksaan suami di dr. Indra, sedangkan untuk konsultasi dan pemeriksaan saya ke dr. Marly.
  
Sumber: http://www.budhijaya.co.id/

     Kemarin, 16 April 2016 pagi, sekitar pukul 7.00 kami berangkat dari kawasan Pasar Minggu, menuju RSIA Sayyidah di daerah Pondok Kelapa Jakarta Timur. Berdasarkan referensi yang kami dapat, pada hari Sabtu dr. Indra praktik di rumah sakit tersebut. Pada hari Senin sebelumnya, suami menelepon pihak rumah sakit untuk mendaftar atau membuat janji.
Sumber: http://id.dokdokter.com/id/medicalcenter/-51/profile
     Kami sampai di rumah sakit tersebut sekitar pukul 8.15. Saat masih di Morula, kami sempat diberi tahu bahwa untuk melakukan analisis sperma (ansper) harus dilakukan pada pagi hari, sekitar sebelum pukul 10. Namun sesampai di rumah sakit, kami diberi tahu bahwa kami sudah kesiangan. Seharusnya kami datang paling siang jam 7, jika tidak hasil baru bisa diambil keesokan harinya. Rasanya langsung lemas. Kami sudah terburu-buru dan cukup lelah karena jarak yang kami tempuh cukup jauh, ditambah lagi kami hanya mengendarai sepeda motor. Akhirnya kami sedikit memelas, membujuk agar suami tetap bisa melakukan ansper pagi itu juga. Setelah ditanyakan ke bagian laboratorium, akhirnya kami diijinkan. Ohya, kok bisa kami langsung datang ke rumah sakit itu untuk melakukan ansper, padahal kami belum menemui dr. Indra? Karena kami menggunakan rujukan dari dokter dari Morula. Walaupun begitu, mereka tidak meminta surat kami :-)
     Setelah mengisi form pendaftaran, kami menuju ke laboratorium di lantai 2 dengan membawa form pemeriksaan laboratorium yang diberikan di bagian pendaftaran tadi. Di laboratorium, suami mengisi beberapa data/identitas. Kami bertanya pada bagian laboratorium, berapa lama pengerjaan untuk hasil ansper ini? karena kami membutuhkan hasilnya pada siang harinya, dikarenakan dr. Indra praktik pukul 2 siang, sedangkan kami mendapat urutan nomor 2. Setelah dia sedikit berbelit dan kami desak, dia menjawab sekitar 1 jam pengerjaan (aduuh..dari tadi jawabnya muter-muter. dipendaftaran tadi juga seperti itu). Jadi, pukul 2 siang nanti kami sudah bisa mengambil hasilnya, dan membawanya ke dr. Indra untuk dikonsultasikan.
     Kemudian kami di arahkan ke sebuah ruangan berukuran 2,5 x 3 meter yang di dalamnya terdapat sebuah tempat tidur, washtafel, pendingin ruangan/AC, serta terhubung langsung dengan kamar mandi pribadi. Kami diberi sebuah toples kecil dimana didalamnya terdapat gelas kaca yang ukurannya tentu lebih kecil dan ditutup dengan aluminium foil untuk tempat penampungan sperma yang telah dikeluarkan. Ditambah fasilitas pula handuk dan shampoo untuk mandi setelahnya (seperti hotel saja). Tidak lupa pihak lab berpesan, bahwa kami harus mengingat waktu keluar si sperma. Mungkin dikarenakan si sperma tidak bisa bertahan lama hidup diluar tubuh.
     Sperma yang dikeluarkan suami melalui masturbasi,sekitar pukul 8.50, kemudian ditampung di gelas tadi. Kami sempat berpikir, bahwa tidak biasanya sperma yang dikeluarkan jumlahnya segitu. Kami belum pernah menampung sebelumnya, namun feeling kami biasanya bisa lebih banyak dari itu. Sedangkan indikator normalnya adalah 2 ml.
     Setelah cairan sperma kami serahkan pihak lab, kami tetap berada disana, menunggu hingga hasilnya selesai. Kami tidak mungkin untuk pulang kembali ke rumah, karena jaraknya yang cukup jauh.
     Dan waktu pengambilan pun tiba, sekitar pukul 2 siang, sebelum kami mengantri ke dr. Indra, kami mengambil hasil ansper suami ke lab. Kami belum tahu bagaimana bentuk/susunan hasil dari ansper itu sendiri. Ketika kami diberi kertas hasilnya, kami langsung melihat hasil dan perbandingan normalnya. Semua normal dan bagus, tanpa melihat nama dari hasil lab tersebut. Kami langsung menuju pendaftaran lagi, untuk menyerahkan hasil ansper suami dan disatukan dengan berkas suami yang lain. Saat suami duduk, saya meminjam hasil ansper lagi untuk saya baca-baca. Dan terkejut, karena hasil tersebut bukan milik suami. Tapi milik pasien lain. (kok bisa?) Langsung suami menuju pendaftaran lagi, untuk mengecek apakah hasil yang ada pada mereka sama. Dan ternyata benar, hasilnya tertukar. Suami menukar kembali hasil ansper ke lab. Saya sudah merasa ada yang kurang baik dari awal.
     Tidak lama, kami dipanggil dan masuk ke ruangan dr. Indra. Kami sampaikan maksud kami, dokter mengecek hasil ansper suami, dan ternyata... hasilnya cukup kurang baik.
- Jenis pergerakan spermatozoa: bergerak lurus --> cepat : 5 % (N: 25%)
- Pergumpalan spermatozoa : positif +++++ (N: Negatif dan Positif 1)
Suami sempat di periksa sebentar, saya kurang tahu karena mereka masuk ke sebuah sudut ruangan yang dikelilingi oleh korden.
     Kemudian suami diberi resep vitamin yang harus diminum selama 1 bulan, dan setelah obat tersebut habis, suami supaya melakukan ansper ulang, untuk melihat hasilnya kembali,lebih baik atau tidak. Baru kemudian akan dilakukan tindakan berikutnya. Untuk pemeriksaan pertama, cukup kaget, menguras tenaga dan perasaan. Tapi tidak apa, sabar, inilah usaha. Semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik.

Sebagai informasi, berikut rincian biaya di RSIA Sayyidah:
1. Administrasi Pendaftaran Pasien 0,-
2. Biaya Laboratorium: Analisis Sperma Lengkap Rp. 475.000,-
3. Biaya Tindakan: Konsultasi dr. Indra Rp. 285.000,-

     Kami tidak menebus resep obat/vitamin di RS tersebut, karena setelah kami meminta rincian biaya, mencapai sekitar 2,4 jutaan. Kami sempat berkenalan dengan sepasang pasien lain yang sudah lama berobat dan berkonsultasi di RS tersebut, mereka menganjurkan untuk tidak menebus resepnya disana. Mereka juga memberi saran tempat yang menjual obat dengan harga yang lebih miring dari harga di RS. Dan benar saja, hari ini kami pergi ke Pasar Pramuka, di sana pusatnya obat-obatan dan alat kesehatan. Harga yang mereka tawarkan adalah harga grosir, sehingga resep kami bisa ditebus dengan harga sekitar 1,2 juta.
     Sekian sharing promil part 2, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi orang lain, dan nantikan tulisan saya berikutnya. Minggu depan, saya akan sharing tentang konsultasi saya ke dr. Marly.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar