Tab Menu

Minggu, 05 Februari 2017

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. 
Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. 
Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. 
Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun.
Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami.
Tak pantas,
Maafkan aku, Ibu.
Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seseorang adik yang tahu diri, biarlah...
Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.


Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Tere Liye
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Kedelapan belas: Januari 2015
264 halaman; 20 cm

Quote:
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin..
Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja.
Tak melawan.
Mengikhlaskan semuanya..

-----

Bahwa hidup itu harus menerima..
Penerimaan yang indah.
Bahwa hidup harus mengerti..
Pengertian yang benar.
Bahwa hidup harus memahami..
Pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian dan pemahaman itu datang.
Tak masalah meski lewat kejadian sedih dan menyakitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar